Headline
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
HENDAK dilarang dengan cara apa pun, tetap saja balap liar seperti tak ada habisnya.
Seperti di Jalan Taman Mini, Jakarta Timur, aksi balap liar seperti sudah terjadwal, yakni malam Jumat dan malam Minggu.
Di penggalan jalan yang menghubungkan perempatan Tamini Square dengan Pintu I Taman Mini Indonesia Indah (TMII) itu, ratusan anak muda bersama sepeda motor yang kebanyakan hasil rakitan tumpah ruah di situ.
"Trek-trekan di sini enak, treknya panjang dan lurus, aspalnya juga bagus. Kalau malam, polisi jarang patroli sampai sini," ujar seorang remaja yang minta dipanggil Otoy, akhir pekan lalu.
Dengan bermodal nyali, kata remaja yang baru berusia belasan tahun itu, ia menjadi joki sebuah bengkel motor.
Untuk penyemangat balapan, sambungnya, taruhan uang pun digelar.
Ada istilah taruhan tengah, yakni uang yang dipertaruhkan dua pembalap, ada pula istilah taruhan pinggiran, yakni taruhan di antara pendukung dan penonton.
"Kalau taruhan antarbengkel, taruhannya harus gede, bisa Rp1 juta sekali taruhan. Tapi yang receh-receh biasanya taruhannya Rp50 ribu-Rp100 ribu sekali balapan," kata Otoy.
Tak jarang, sambungnya, mereka bertaruh gadis remaja yang mereka istilahkan cabe-cabean.
"Pokoknya setiap malam Minggu pasti ramai di sini. Ya kita kucing-kucingan saja. Kalau ada polisi, ya kita bubar. Tunggu 1 jam, kita balik lagi, polisinya pasti sudah enggak ada. Tapi polisi memang jarang kemari kok," ujarnya.
Standar minimal
Jalan Taman Mini hanyalah salah satu contoh jalan yang menjadi arena balap liar di Jakarta Timur.
Masih ada Jalan I Gusti Ngurah Rai dan Jalan Basuki Rahmat yang kerap menjadi ajang adu nyali para pembalap jalanan itu.
"Karena itu, bersama Polda Metro Jaya, kita sedang memikirkan untuk memindahkan lokasi balap liar itu. Pertimbangannya, selain membahayakan para pembalap itu, juga membahayakan pengguna jalan lainnya," kata Wali Kota Jakarta Timur Bambang Musyawardana saat ditemui kemarin.
Ia mengaku telah diajak rapat bersama Direktorat Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya dan Ikatan Motor Indonesia (IMI) untuk menentukan lokasi baru balapan motor.
Pembicaraan bahkan sudah sampai pada pembahasan standar keamanan yang harus dipenuhi para pembalap itu.
"Toh daripada kucing-kucingan terus dan polisi dilecehkan. Tapi, ya, itu, kalau dilegalkan, harus ada standar keamanannya. Paling tidak, ada standar minimal yang harus ditetapkan," kata Bambang.
Sejumlah ruas jalan sudah diusulkan untuk menjadi arena balap motor itu yakni Jalan Taman Mini; Jalan Kolonel Sugiono, Duren Sawit; dan kawasan Pulomas, Pulogadung.
Tempat-tempat itu dianggap tepat lantaran jauh dari permukiman warga.
"Seperti di TMII, itu kan jauh dari permukiman. Karena itu, standarnya nanti seperti apa dan bagaimana, itu harus dibahas lagi agar tidak mengganggu warga," ujarnya.
Merusak mental
Nurhasanah, 41, seorang warga yang tinggal di dekat lokasi balap liar di TMII, mengaku khawatir jika rencana itu direalisasikan.
Menurutnya, langkah itu malah akan merusak mental generasi muda ke depan.
"Itu sama saja melegalkan generasi muda untuk mati sia-sia. Yang selama ini dilarang saja banyak yang kecelakaan, apalagi nanti dibolehkan," ujar warga yang tinggal di Jalan Raya Ceger, Jakarta Timur, itu.
Sebagai warga yang tinggal kurang lebih 200 meter dari lokasi balap liar, Nurhasanah mengaku selama ini kerap terganggu, khususnya pada malam Minggu, saat balap liar itu berlangsung.
"Kalau sudah di atas pukul 01.00 WIB, orang lagi nyenyaknya tidur, pasti langsung terbangun. Suara knalpotnya itu yang bikin kaget. Kalau balapan, berisiknya bukan main," keluhnya.
Ibu yang memiliki anak remaja itu juga berharap para pejabat memikirkan betul rencana tersebut. Dirinya tidak ingin generasi muda mati sia-sia hanya karena ajang balap liar dilegalkan.
"Anak pertama kelas 2 SMA. Dia lagi senang-senangnya modifikasi motor begitu. Saya kan jadi ngeri kalau dia ikut-ikutan karena polisi sekarang malah membolehkan balapan," tutupnya.
Pendapat yang sama juga diutarakan Herman, warga Jalan Aries Kembangan, Jakarta Barat.
Ia mengaku heran atas rencana melegalkan balap liar.
"Balap liar yang mengancam keselamatan kok malah mau dilegalkan? Apakah polisi sudah tidak mampu lagi memberantas balap liar? Bagaimana sih cara berpikirnya?" tanyanya.
Hampir setiap malam, jalan di depan kompleks perumahannya menjadi ajang balap liar.
Di depan matanya, ia melihat anak-anak tanggung tengah kebut-kebutan tanpa memedulikan kenyamanan dan keselamatan orang sekitar.
"Tiap malam, terutama hari libur, selalu ada balapan. Kami jadi terganggu karena bising. Aksi membahayakan mereka juga ditonton 50 sampai 100 penonton. Pukul 03.00 WIB baru selesai aksi mereka," ujar Herman. (Nel/Sri/J-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved