Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Perayaan di Tangerang Semarak

09/2/2016 01:45
Perayaan di Tangerang Semarak
(MI/Arya Manggala)

PERAYAAN tahun baru warga Tionghoa atau biasa disebut Imlek di Kota Tangerang, Banten, Senin (8/2), berlangsung meriah.

Kemeriahan bukan hanya terjadi di sejumlah wihara atau kelenteng, melainkan juga di kawasan permukiman warga keturunan Tionghoa.

Berdasarkan pantauan, Kelenteng Boen Tek Bio di Pasar Lama yang merupakan kelenteng tertua di Kota Tangerang dan Kelenteng Boen San Bio di Pasar Baru dipadati masyarakat Tionghoa untuk bersembahyang.

Mereka datang bersama keluarga dan sanak saudara, mayoritas mengenakan pakaian berwarna merah.

Sementara itu, wihara juga didominasi dengan perlengkapan sembahyang berwarna merah, seperti dupa dan lilin.

Demikian halnya dengan lampion yang dipasang di dalam maupun di luar wihara.

Dengan begitu, pemandangan di dua wihara itu terlihat merah menyala.

"Semua ini punya makna. Lampion dengan tulisan China Sun itu berarti angin dan hujan. Kuo Tai Min An (negeri makmur rakyat sejahtera), Wan She Ru Yi (semua urusan selesai sesuai dengan harapan), dan masih banyak lainnya," kata Oey Thin Eng, juru bicara Kelenteng Boen Tek Bio.

Adapun warna merah, tambahnya, maknanya ialah keberuntungan.

Lilin yang berjajar di dalam maupun di halaman ialah simbol dari penerang kehidupan.

Di Kelenteng Boen Tek Bio dan Boen San Bio warga keturunan Tionghoa yang juga disebut Cina Benteng silih berganti melaksanakan ibadah.

Setelah itu, mereka berziarah ke makam orangtua dan leluhur.

Seusai berziarah, mereka pulang ke rumah masing-masing untuk makan bersama keluarga dan membagikan uang dalam amplop merah atau biasa disebut angpau.

Kemeriahan itu berbanding terbalik dengan suasana di beberapa jalan protokol yang lengang.

Mereka berharap Imlek 2567 ini merupakan awal tahun yang lebih baik daripada sebelumnya.

"Berdasarkan fengsui, tahun ini adalah tahun moyet api yang dipercaya sebagai tahun penuh tantangan. Karenanya, kami lebih banyak berdoa agar di tahun ini lebih baik dari sebelumnya," kata Choa Plan Liem, 60, warga Jalan Pintu Air Timur Bouraq, Kota Tangerang.

Seperti warga Tionghoa lainnya, setelah melaksanakan ibadah di Kelenteng Boen Tek Bio, Choa berziarah ke makam orangtua dan leluhurnya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Rawa Kucing, Kecamatan Neglasari. Sekembali dari makam, barulah ia berkumpul di rumah dengan anak, cucu, dan para keponakannya yang mayoritas mengenakan baju merah.

Dalam suasana gembira mereka lalu makan bersama dengan menu sederhana, antara lain ketupat, empek-empek, siomai, dan aneka buah.

"Imlek ini kami rayakan dengan banyak berdoa dan penuh kesederhanaan," ujar Choa.

Datangi tetangga

Meski begitu, Choa dan anak-anaknya masih menyempatkan diri untuk membagi-bagikan angpau kepada anak-anak di lingkungan tempat tinggal mereka yang telah menunggu di depan rumah.

Selain memberikan angpau kepada yang datang ke rumah, Choa juga berkeliling lingkungannya untuk membagi-bagikan angpau merah kepada setiap anak yang ditemuinya.

Beberapa saat kemudian, anak, cucu, dan keponakan Chao berpamitan.

Ada yang pulang, ada pula yang piknik ke Bogor, Jawa Barat.

"Mumpung Imlek dan libur, saya, suami, dan anak akan ke Gunung Kapur di Bogor," kata Mega, anak bungsu Chao.

Berbeda dengan Chao, warga Karawaci, Lie Chien, 40, seusai makan bersama orangtua dan anak-anaknya, ia mengadakan open house.

Karena itu, rumahnya dipenuhi saudara dan kerabat yang datang dari dalam maupun luar Kota Tangerang.

"Imlek ini kami enggak ke mana-mana, dan hanya me-ngundang kerabat dekat untuk makan bersama," kata dia.

Ribuan warga Tionghoa juga memenuhi Wihara Dharma Bakti atau Petak Sembilan di Glodok, Jakarta Barat, kemarin.

Mereka tidak menghiraukan kondisi wihara yang belum direnovasi seluruhnya setelah terbakar pada tahun lalu. (Sri/J-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya