Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

Pasar Tradisional Memprihatinkan

Kisar Rajaguguk
17/4/2015 00:00
Pasar Tradisional Memprihatinkan
(MI/Agus Mulyawan)
TUMPUKAN sampah yang menggunung, jalan becek dan kotor, serta drainase yang buruk terjadi hampir di setiap pasar di Depok. Para pengunjung dipaksa berdamai dengan kondisi pasar yang membuat tak nyaman setiap kali berbelanja. Di Pasar Kemiri Muka, misalnya, sampah dibiarkan menumpuk begitu saja di setiap sudut kios. Bahkan, para penjual sayur memilih melemparkan sampah sayuran di depan kios mereka agar dapat langsung diangkut petugas kebersihan tanpa mengganggu aktivitas jual beli.

''Kotor sih sudah lumrah, ya. Mau gimana lagi, pasar ini yang paling dekat dengan rumah,'' kata Dinah, salah satu pengunjung yang berbelanja sayuran.

Apalagi, kata dia, setiap hujan turun, pasar akan tergenang banjir. Tumpukan sampah yang dilempar sekenanya itu membuat saluran air mampat.

Harti, pedagang bumbu masak yang menempati salah satu kios, mengeluhkan para petugas kebersihan kerap enggan membersihkan sampah di depan kios para pedagang jika tidak diberi uang lebih. Jadi, meskipun pasar selalu dibersihkan setiap 3 jam sekali, tidak semua sampah di kios-kios itu diangkut tuntas.

''Pas bersihin harus kita kasih uang Rp2.000 untuk uang rokok. Kalau tidak, cuma selewat saja dibersihkan,'' tuturnya.

Sementara itu, Sri, penjual daging di kios lainnya, menuturkan penyumbang kotor dan bau menyengat di pasar itu ialah pedagang ayam yang membawa ternak ayamnya ke dalam pasar. Kios pedagang ayam itu bersebelahan dengan penjual pakaian dan peralatan rumah tangga.

''Kan debu bulu ayamnya. Motongnya di samping kios-kios kami. Seharusnya sewa tempat di belakang pasar untuk taruh ayam dan bersihkan bulunya. Ini bau amis darahnya jadi ke mana-mana,'' tuturnya.

Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pasar Kemiri Muka Cucu Suwardi menjelaskan masalah sampah di pasar tersebut sulit diatasi karena tidak didukung para penjual di setiap kios. Sebulan sekali, kata dia, pihaknya selalu menyosialisasikan kebersihan kepada para pedagang.

''Bahkan pernah kami kasih tong sampah plastik untuk tiap kios supaya petugas kebersihan gampang mengambilnya. Eh besoknya pas dicek itu tong sudah rusak dan ada yang hilang,'' kata Cucu.

Saat ini, sambung dia, Pasar Kemiri Muka belum memiliki Unit Pengelola Sampah (UPS) seperti di pasar-pasar lain. "Karena status pasar ini belum jelas, masih rebutan antara pemda dan PT Petamburan Jaya.

Kondisi serupa juga terlihat di Pasar Cisalak yang berada di Jalan Raya Bogor. Hidung penjual dan pembeli seperti sudah kebal dengan segala bau yang menguar dari berbagai sampah di pasar itu. Sejak dari pintu masuk, tumpukan sampah sudah terlihat berserakan di mana-mana. Tumpukan sampah memakan badan jalan dan lorong pasar yang menjadi tempat lalu lalang pembeli. Tidak adanya saluran air memperparah kondisi pasar. Air yang menggenang membuat jalan di pasar itu selalu becek.

''Kebersihan di sini, ya, begini saja. Setiap hari saya bayar Rp2.000 untuk retribusi kebersihan. Akan tetapi, pasar seperti tidak bersih-bersih,'' kata Ade, pedagang pisang yang berjualan di pinggir pintu pasar.

Di bagian dalam pasar, pada kios khusus penjual ikan, daging, dan ayam, saluran air tidak berjalan baik sehingga air bekas mencuci daging, ikan, dan ayam menggenang. Hal itu menimbulkan bau tak sedap serta banyak lalat, kecoak, dan tikus, apalagi di bagian ikan dan daging yang letaknya bersebelahan dengan tempat pembuangan sampah (TPS).

''Pasar ini sangat kotor, amburadul. Sudah lama seperti ini,'' kata Eli, 38, pembeli yang sudah berlangganan di pasar itu sejak lama.

Eli merasa jalanan yang becek dan bau tidak sedap menjadi hal yang paling mengganggu para pembeli. Ia khawatir kondisi itu membuat kualitas barang dagangan tidak baik dan tidak sehat. ''Ya mudah-mudahan cepat diperbaiki pasar ini,'' harapnya.

Kasubag TU UPT Pasar Cisalak Budi Heriyanto mengakui drainase di pasar itu memang tidak berjalan baik. ''Dari awal dibangun drainase dibuat datar, bukan miring. Jadi air tidak mengalir,'' ujarnya.

Untuk mengatasi permasalahan itu, Pemkot Depok berencana merevitalisasi UPT Pasar Cisalak. Para pedagang pasar itu akan direlokasi ke tempat penampungan sementara. Namun, revitalisasi itu masih menunggu proses lelang pembangunan pasar.

Tergerus pasar modern
Kondisi pasar-pasar tradisional yang tidak dikelola dengan baik itu membuat sebagian orang memilih berbelanja ke pasar modern yang lebih tertata dengan baik dan membuat orang lebih nyaman berbelanja.

Tika Mirza, 29, misalnya, seorang ibu rumah tangga, memilih berbelanja di pasar modern karena selain bersih dan nyaman, keamanannya lebih terjamin. Tika biasa berbelanja di Pasar Segar Depok di Jalan Tole Iskandar. Pasar itu hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari Pasar Agung yang merupakan pasar tradisional.

''Saya memilih berbelanja di tempat yang memberikan kemudahan serta kenyamanan. Baik akses menuju pasar, infrastruktur, ataupun pelayanan yang diberikan pedagang,'' tuturnya.

Sebelumnya, Tika menjadi pelanggan di Pasar Cisalak. Namun, karena tidak tahan dengan kondisi pasar yang becek dan bau, ia pun beralih mencari pasar yang lebih nyaman.

''Di Cisalak sumpek, jalanan sempit dan terpaksa tutup hidung selama belanja karena tak tahan baunya."

Sintauli, 39, warga Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, mengaku lebih memilih berbelanja di supermarket. Selain nyaman, ia lebih tenang berbelanja karena kendaraan yang ia parkir lebih dijaga dengan baik.

''Mau belanja berapa lama pun tidak takut karena di sana ada petugas satpam yang berjaga di loket penjualan karcis. Saya juga tidak perlu berkeringat karena di pasar modern ada pendingin ruangan,'' tukasnya. (*/J-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya