Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
MODA Raya Terpadu atau Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta mulai beroperasi secara komersial (berbayar) pada Senin (1/4). Masyarakat cukup antusias menumpang kereta berbasis rel yang lebih dikenal Ratangga itu.
Sesuai pengamatan di lapangan tampak sejumlah penumpang MRT sedang antre di loket tiket Shelter Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan, pada Senin (1/4) pukul 10.00 WIB.
Usai membeli tiket dengan cara mengisi saldo, para penumpang dengan tertib naik ke atas untuk menumpang MRT. Pun ketika menunggu kereta datang, mereka terlihat berbaris rapi di pembatas warna kuning.
Selain berangkat untuk bekerja, ada pula warga memanfaatkan kereta bawah tanah sekaligus layang itu menuju ke Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Pusat, untuk berolahraga. Bahkan masih ada yang hanya sekadar mencoba kereta kebanggaan warga Jakarta itu.
Contoh pengakuan dari Syamsudin, 31, dia baru pertama kali menumpang moda transportasi massa itu. Senin pagi ini, misalnya, dia menumpang MRT dari Shelter Sudirman menuju Lebak Bulus.
"Saya baru pertama kali naik MTT. Menurut saya cukup membantu terutama dari sisi waktu. Kalau naik mobil dari Sudirman ke Lebak Bulus bisa satu jam lebih. MRT ini cuma sekitar 30 menit. Menolong banget ini," lanjutnya.
Beda saat percakapan dengan Linda warga Bekasi, Jawa Batat. Dia mengatakan, konektivitas MRT dengan angkutan lainnya sudah cukup baik. Contoh dia berangkat kerja dari rumah menuju Stasiun Bekasi, kemudian menumpang KRL menuju Stasiun Sudirman. Searah kemudian, dia berpindah angkutan dengan menumpang MRT menuju Lebak Bulus.
"Dari sisi biaya jauh lebih murah. Biasanya saya naik mobil, bisa habis sebesar Rp150.000 ribu, belum tol. Harga tiket (MRT) Rp14.000 layaklah," ungkap karyawan swasta di kawasan Lebak Bulus itu.
Sementara itu, Vernando penumpang lainnya mengatakan, MRT memang sudah menjadi kebutuhan masyarakat yang menjalankan aktifitas di Ibu Kota Jakarta. Namun masih perlu peningkatan budaya tertib, termasuk memperbaiki konektivitas angkutan penyangga.
"Memang dari Lebak Bulus sampai Sudirman sudah baik. Namun tinggal memperbaiki angkutan penyangganya atau feeder-feeder yang dibutuhkan. Beda kayak di Singapura sudah terkoneksi semua, otomatis wajib orang untuk naik itu. Kalau ini kan, misalnya kita mau ke Kuningan harus turun ke Benhil atau Dukuh Atas, dan itu harus nyambung lagi, butuh waktu cukup lama," kata Vernando yang sehari-harinya karyawan swasta sebagai tenaga ahli di bidang IT.
Menyinggung soal tarif MRT, Vernando mengatakan, selama masih kompetitif dengan angkutan lain kemungkinan MRT akan diminati warga.
"Harga Rp14.000 sekarang kan masih banyak alternatif ojek online dan lain-lainnya. Selama harganya kompetitif orang bisa berpikir ke sini. Tapi kalau saya pribadi, harga sama atau selisih Rp2.000 pun saya masih pilih ojek online," lanjutnya.
Baca juga: MRT Resmi Beroperasi, Antrean Penumpang di Loket Tiket Mengular
Sementara itu, komentar Fauzi, 44, mengatakan, pelayanan MRT sudah sangat baik, kondisi kereta juga nyaman, bersih dan dingin. Namun, dia menilai harga tiket sebaiknya diturunkan agar masyarakat mau menumpang MRT.
"Harga tiket Rp14 ribu, kalau menurut saya sebaiknya diturunkan jadi sekitar Rp10.000 atau Rp12.000. Kalau tiketnya mahal orang nanti larinya ke Transjakarta juga. Sayang kalau sepi, sudah dibangun bagus. Itu supaya menarik penumpang harganya murah," lanjutnya.
Peningkatan penumpang MRT, justru nampak ketika hari semakin siang. Seperti pengakuan Anwar sekuriti MRT mengatakan, pada pagi hari penumpang Ratangga terlihat sepi. Namun, semakin siang penumpang makin ramai.
"Tadi pagi orang berangkat kerja jam 06.00 WIB, masih sepi penumpang. Ini malah makin ramai siang," lanjutnya.
Menurut Anwar, memang terjadi penurunan penumpang pada hari ini, dibanding pada masa uji coba MRT. "Kalau waktu uji coba ya ramai, soalnya gratis. Sekarang kan sudah berbayar," tandasnya.
Sementara itu, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya bersama petugas Dinas Perhubungan (Diahub) DKI Jakarta melakukan kegiatan penertiban serta penindakan terhadap angkutan kota serta ojek daring (online) yang parkir sembarangan di bawah kolong Fly Over MRT Lebak Bulus.
Para petugas terlihat mengimbau agar pengemudi angkutan kota dan ojek daring tidak parkir sembarangan.
"Ini operasi rutin. Sasarannya, angkutan umum dan angkutan barang. Termasuk sepeda motor. Kami bekerjasama dengan petugas Dishub. Ya supaya pengendara tertib berlalu lintas," kata petugas Subdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya, Supri. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved