Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

PLTSa Bantargebang Diklaim Pertama di Indonesia

Gana Buana
25/3/2019 15:00
PLTSa Bantargebang Diklaim Pertama di Indonesia
Pekerja memeriksa mesin Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.(MI/Rommy Pujianto)

ALAT pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang mulai diresmikan, Senin (25/3). Alat pembangkit ini diyakini mampu membanat 100 ton sampah perhari dan menghasilkan listrik sebanyak 700 kilowatt/hour (kwh).

“Saat ini kita berpikir bagaimana Indonesia bersih dari sampah ini, ini jadi percontohan, dengan ini bisa kita terapkan di tempat-tempat lain, untuk kota kecil Surakarta dan kota lain diharapkan produksinya bisa 200 ton bisa gunakan ini," ungkap Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohammad Nasir, di TPST Bantargebang, Kota Bekasi, Senin (26/3).

Menurut dia, sampah saat ini sudah menjadi persoalan yang harus segera ditangani. Dengan adanya alat percontohan tersebut di TPST Bantargebang diharapkan dapat meminimalisir persoalan sampah di setiap-setiap daerah.

“Konsep ini kita bangun, bagaimana bersihkan sampah, Jangan sampai sampah dianggap komoditi. Saya berpikir bagaimana Indonesia bersih dari sampah ini,” kata dia.

Baca juga: Pemkot Tangerang Rapikan Bantaran Sungai

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza menambahkan proyek percontohan PLTSa ini menjadi sarana riset dalam pengelolaan sampah, khususnya secara teknologi thermal. Hal ini dibutuhkan guna pengembangan desain peralatan yang tepat dengan komponen lokal yang tinggi.

“Dengan alat ini kami juga sekaligus mempelajari sistem operasional yang tepat, dan juga dapat menghitung tipping fee, biaya operasional dan biaya lain yang lebih tepat,” kata dia.

Menurut Hammam, pembangunan proyek percontohan PLTSa ini berlangsung dalam waktu satu tahun. Ia mengklaim hal ini merupakan PLTSa pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi termal yang sudah proven.

“Pilot project ini merupakan hasil kajian desain Tim BPPT, saat ini masih dalam kondisi commissioning, tentunya masih ada beberapa komponen atau proses yang perlu disempurnakan untuk PLTSa ini hingga mampu berjalan dengan lancar,” jelas dia.

Hammam berharap, dengan beroperasinya PLTSa ini, dapat memberikan rekomendasi kepada pemerintah tentang PLTSa, baik dalam hal teknologi maupun kebijakan. Sebab pembangunan alat PLTSa tersebut memperhitungkan tinggi Tingkat Komponen Dalam Megeri (TKDN).

“PLTSa ini kami hadirkan tentunya dengan keinginan tinggi nilai TKDN nya. Tim BPPT memiliki desain teknologi PLTSa, yang dibangun bekerjama dengan mitra lokal. Sebagian besar peralatan merupakan produksi dalam negeri,” tandas dia. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya