Headline
Disiplin tidak dibangun dengan intimidasi.
SELAMA ini Cagar Buah Condet seperti terlupakan. Lokasinya yang jauh dari jalan utama dan promosi yang kurang membuat salah satu kawasan yang memiliki sejarah panjang di Ibu Kota ini sepi pengunjung.
Nama Condet kembali disebut-sebut ketika Anies Baswedan berkunjung ke lokasi itu, akhir pekan lalu. Kedatangan sang Gubernur membuat kawasan di Kayu Manis, Kelurahan Balekambang, Kecamatan Kramatjati, Jakarta Timur, itu, berdenyut.
"Saya berencana menjadikan kawasan ini sebagai spot wisata baru bagi warga. Di sini, kita juga bisa memberikan edukasi untuk anak-anak soal buah-buahan," tutur Gubernur DKI Jakarta itu.
Kesejukan kawasan Condet membuat Anies betah berlama-lama. Suasana pedesaan yang teduh dengan banyaknya pohon-pohon duku besar seperti memberikan oasis di tengah panas Jakarta.
Anies pun menyempatkan diri memanjat buah duku dan mencicipinya. "Condet sejak dulu dikenal dengan duku dan salak. Banyak pohon duku di sini yang sudah berusia lebih dari 100 tahun dan tetap dijaga kelestariannya," tambah Anies.
Baca Juga: Anies Ajak Masyarakat Rekreasi ke Cagar Buah Condet
Cagar Buah Condet memiliki lahan seluas 3.450 meter persegi hektare. Meski ada sejumlah tanaman lain, duku dan salak mendominasi pepohonan di sana. Pohon duku di kawasan ini berjumlah 149 pohon. Namun, dari jumlah itu, hanya 21 pohon duku yang masih terus berbuah.
Pengelola Cagar Budaya Condet, Djarmuni, mengatakan pihak pengelola dan Pemprov DKI terus berusaha melestarikan dukuh dan salak agar CBC tetap lestari. "Semua pengunjung yang datang ke kawasan ini, boleh memetik langsung duku dan salak. Layanan ini sangat cocok untuk keluarga yang ingin mendidik anak-anaknya untuk mengenal alam dan perkebunan."
Untuk masuk ke Cagar Buah Condet pengunjung tidak dikenai tarif. "Kami ingin sejarah Condet terus lestari dan dikenal masyarakat luas. Kami berusaha mempertahankan suasana pertanian, masyarakat petani dan agraris di Jakarta," lanjut Abdul Kodir, warga Condet.
Di masa lalu, kawasan Condet tidak hanya dikenal karena kaya dengan pohon buah-buahan. Warga pun, yang kebanyakan merupakan suku Betawi, mempertahankan kesenian, rumah, dan kebudayaan Betawi.
Karena itu, sejak Gubernur Ali Sadikin, pada 1974 kawasan ini sudah ditetapkan sebagai salah satu Cagar Budaya Betawi. Setahun kemudian, Gubernur juga menetapkan Condet sebagai daerah buah-buahan. Kawasan Cagar Budaya Condet ditetapkan seluas 18.228 hektare.
Kala itu, Condet tidak hanya kaya dengan duku dan salak, tapi juga pisang, durian dan melinjo. Banyak pohon besar membuat udara jadi bersih. Satwa seperti kakak tua jambul putih, bayan dan nuri, mudah ditemukan. (*/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved