Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Dari Kotak Amal, Posyandu Bernapas

Gana Buana/J-1
13/11/2018 04:00
Dari Kotak Amal, Posyandu Bernapas
(MI/GANA BUANA )

TANGIS nyaring bayi laki-laki di dalam sebuah kain batik parang tak menghentikan Ria terus membawa anak tersebut tiap bulan ke sebuah gedung kecil di lingkungan RT 02-07, RW 17, Kelurahan Jatimulya, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. Bahkan baginya, tangis nyaring buah hatinya yang baru berumur 14 bulan itu sebagai sebuah kebahagiaan karena anaknya tak pernah sakit.

Upaya Ria itu tidak akan berbuah manis tanpa uluran tangan 10 kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Bougenville A yang menempati gedung kecil tersebut. Tiap bulannya, para kader posyandu itu menyambangi warga secara sukarela untuk membantu mencatat perkembangan bayi.

Para kader posyandu tersebut juga tidak pernah mematok besaran tarif kepada warga yang datang membawa anak balita mereka.

"Sukarela saja. Berapa saja mereka mau masukkan uang ke kotak yang disediakan, tetap kita layani. Mirip kotak amal ya," canda Eli Jonius, Sekretaris Posyandu Bougenville A, Pondok Timur Indah I, Jatimulya, Bekasi.

Seluruh uang yang terkumpul dari warga, sambungnya, akan digunakan untuk membeli konsumsi penambah gizi bagi anak balita seusai pemeriksaan.

"Kita variasikan, terkadang untuk membeli susu UHT, biskuit, atau telur rebus. Tergantung siapa ibu-ibunya yang piket, mereka yang akan menyediakan. Jadi ini semua dari warga untuk warga," kata Eli.

Selama ini, lanjut dia, kegiatan posyandu di wilayah RT 02-07, RW 17, itu berjalan berkat uluran tangan para kader posyandu tiap RT. Pemerintah setempat tidak pernah menyediakan anggaran operasional.

Tanpa perlu diperintah, tiap bulannya para kader menyisihkan sebagian dari rezeki mereka untuk ditabung ke kas bulanan posyandu. "Tiap bulan, kader Posyandu Buegenville berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp90 ribu," terang Eli.

Diakuinya, dana sebesar itu belum mencukupi untuk menutupi kebutuhan pembelian makanan tambahan tersebut. Karena itu, bagi kader yang pada gilirannya mendapat tugas piket, ia harus menambahi anggaran itu dengan uang pribadinya. "Untungnya, piketnya per-RT. Jadi, terkadang bisa ditambah uang kas RT," kata dia.

Dengan dana sekadarnya itu, Eli mengaku pihaknya tetap berupaya optimal menyuguhkan makanan tambahan untuk para peserta posyandu meski ia kini tidak pernah lagi membuat makanan tambahan penuh gizi, seperti bubur kacang hijau, bubur ketan hitam, bubur candil, bubur sumsum, atau sejenisnya.

Sumiyati, sesama kader Posyandu Bougenville, mengaku para kader tidak mengharapkan adanya insentif untuk pribadi mereka. Namun, mereka berharap pemerintah mau memikirkan alokasi dana operasional posyandu di wilayah Kabupaten Bekasi.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya