PENINGKATAN tidak selalu mencerminkan prestasi. Itu yang terjadi di Kota Bekasi. Jumlah titik kemacetan di Kota Patriot itu selalu naik. Data Dinas Perhubungan Kota Bekasi pada 2011 menyebutkan ada 11 lokasi kemacetan. Pada 2012 jumlah tersebut bertambah menjadi 17 dan pada 2013 menjadi 19 lokasi.
Bertambahnya titik kema-cetan itu sering dikaitkan dengan perbandingan ruas jalan dengan peningkatan kendaraan bermotor yang tidak sebanding. Padahal potensi kemacetan sebenarnya bisa dieleminasi oleh pemerintah setempat, yakni dengan penataan angkutan umum.
Dari pantauan Media Indonesia, 19 titik kemacetan di Kota Bekasi ialah simpang Sumir (Jalan Hankam), simpang Tol Bekasi Timur, simpang Tol Bekasi Barat, simpang Pulo Ribung (Jalan Pekayon Raya), simpang Kampung 2 (Jalan KH Noer Ali), simpang Pondok Gede (Jati Waringin), simpang Teluk Buyung (Jalan Perjuangan), simpang Harapan Indah (Jalan Sultan Agung), simpang Sumber Arta (Jalan KH Noer Ali), simpang Teluk Pucung, simpang RS Bella (Jalan Ir H Juanda), simpang Plaza Cibubur (Jalan Transyogi), simpang Bulan-bulan, simpang Caman, simpang Pasar Rebo Jatiasih, simpang Bulak Kapal, simpang Bintara (Stasiun Cakung-Exit Tol Bintara), dan simpang Alexindo.
Pada 10 Maret lalu, Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengklaim sudah mengentaskan satu titik macet di Kota Bekasi. Upayanya ialah dengan melebarkan jembatan di dekat gerbang Tol Bekasi Timur. Jembatan yang semula 8 meter dilebarkan dua kali lipat menjadi 16 meter. "Jadi jumlah titik macet yang semula 19 menjadi 18 titik. Ini juga sebagai jawaban netizen yang telah mem-bully Bekasi di media sosial beberapa waktu lalu," ujarnya saat meresmikan jembatan itu.
Namun, dari pantauan di sana, kemacetan di atas jembatan tersebut makin parah. Kontruksi jembatan yang baru justru digunakan untuk lapak pedagang. Angkutan kota (angkot) yang mengetem di atasnya pun semakin banyak. Para pedagang mulai berjualan di atas jembatan sejak jembatan Tol Bekasi Timur ini resmi dibuka. Sopir angkot juga selalu mengetem di pinggir jalan. Bahkan, ada yang nekat mengetem di tengah jalan. Memang ada petugas Satuan Lalu Lintas dan Dishub Kota Bekasi di sana, tapi tidak berdaya, atau tidak tegas menindaknya.
Pemantauan di titik lain, simpang Bulan-bulan, misalnya, kemacetan juga tidak kenal waktu. Padatnya kendaraan di lokasi itu sejak 200 meter sebelum pintu masuk Stasiun Kota Bekasi hingga persimpangan Bulan-bulan. Ulah angkot yang kerap mengetem di depan stasiun menambah keruwetan. "Wajar macet, angkotnya berjejer di depan stasiun banyak, bikin macet. Petugas juga sedikit jadi kemacmetan sulit diatasi," ujar Fajar Purnomo, 28, pengendara motor yang hendak pulang ke rumahnya di daerah Proyek, Bekasi Timur.
Mengurai kemacetan Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Kota Bekasi Edy Setiawan mengakui masalah kemacetan itu kompleks. Antara lain karena volume lalu lintas tinggi, ada penyempitan karena jembatan Kali Bekasi (bottle neck), putaran yang terlalu dekat dengan simpang, simpang berdekatan dengan pelintasan rel kereta api (pelintasan sebidang), dan lokasi terminal bayangan angkot.
Edy mengatakan pihaknya telah melakukan berbagai upaya mengatasi kemacetan. Misalnya memasang rambu, menempatkan petugas pada jam sibuk pagi dan sore, menerapkan manajemen lalu lintas dengan membatasi kendaraan dimensi besar ke Jalan Perjuangan, dan menerapkan jalan satu arah dari dalam Jalan Perjuangan menuju Bulan-bulan pada pagi (06.00-09.00) atau pada saat volume lalu lintas padat.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Bekasi Supandi Budiman menambahkan, tahun ini pihaknya berencana mengentaskan kemacetan di lima titik simpang, yaitu Alexindo, Pulo Ribung, RS Bella, Sumir, dan simpang Tol Bekasi Barat.
"Upayanya macam-macam mulai rekayasa lalu lintas, penempatan personel, hingga perluasan simpang," ujarnya. (Gan/J-3) [email protected]