Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

MRT Diprediksi Ubah Kultur Bertransportasi

(Nic/X-6)
15/10/2018 05:15
MRT Diprediksi Ubah Kultur Bertransportasi
(ANTARA FOTO/Rivan)

LIMA bulan lagi, proyek moda raya terpadu (MRT) rute Bundaran Hotel Indonesia-Lebak Bulus akan beroperasi. Kehadiran MRT pertama di Indonesia itu diharapkan bisa menjadi titik awal perubahan pola bertransportasi masyarakat Jakarta.

Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit menyebut poin penting dari operasional MRT fase 1 mulai Maret 2019 ialah membuat masyarakat memahami bahwa menggunakan transportasi umum merupakan refleksi dari masyarakat modern. Danang meyakini dimulainya era MRT bisa berdampak signifikan terhadap perubahan kultur itu.

“MRT merupakan moda transportasi modern diharapkan secara keseluruhan mengubah tradisi penggunaan kendaraan pribadi menjadi menggunakan transportasi umum, bagaimana orang merasakan bahwa naik transportasi umum adalah refleksi masyarakat modern. Sebagai awal, saya rasa bisa,” ujar Ketua MTI Danang Parikesit ketika dihubungi,  Minggu (14/10).

Selain itu, tambah Danang, operasional MRT mesti menjadi pemicu integrasi antarmoda. Integrasi sistem transportasi secara menyeluruh masih menjadi tugas besar bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

“Ini masih jadi PR Pemprov DKI dan MRT sebagai operator. Harus segera disu­sun rencana operasional yang dikaitkan dengan konsep Jak Lingko yang baru saja diluncurkan,” tambah Danang.

Jak Lingko merupakan program integ­rasi antarmoda yang tengah dirancang Pemprov DKI. Di dalamnya mencakup integrasi dengan moda berbasis rel seperti MRT.

Senada, Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar juga menuturkan bahwa integrasi transportasi menjadi modal penting untuk membuat masyarakat mau meninggalkan kendaraan pribadi mereka.

MRT dirancang sebagai backbone pada rencana transportasi Ibu Kota dengan koridor Kampung Bandan–Lebak Bulus dan Cikarang–Balaraja. Sebagai moda berbasis rel, MRT, kata William, perlu terintegrasi dengan moda transportasi lain yang lebih luwes dan fleksibel untuk menjangkau pengguna transportasi umum dari berbagai kawasan, salah satunya Trans-Jakarta. Selain itu, Trans-Jakarta berintegrasi dengan angkutan kota (angkot).

Target utama MRT bukan sekadar membuat pengguna transportasi beralih moda, melainkan juga membuat para pengguna kendaraan pribadi mau berpindah menggunakan transportasi publik.

“Targetnya bukan sekadar pengguna transportasi publik yang beralih moda seperti dari Trans-Jakarta lalu pindah ke MRT, melainkan bagaimana yang tadinya menggunakan kendaraan pribadi mau berpindah menggunakan MRT. Jadi, masalah kemacetan di Jakarta bisa dikurangi,” ujar William.

Harapan itu pun telah digaungkan PT MRT Jakarta sejak kini. Di kawasan Jalan Sudirman misalnya, tagar #UbahJakarta terpampang di sejumlah titik. Di tengah padatnya lalu lintas jalan protokol, tagar itu mengajak agar transportasi umum menjadi pilihan utama.
Jika dibandingkan dengan transportasi umum lain yang telah beroperasi saat ini, MRT menjanjikan kepastian waktu. Perjalanan dari Depo Lebak Bulus menuju Stasiun Bundaran HI hanya memakan waktu 30 menit dengan kecepatan 40-50 kilometer per jam. (Nic/X-6)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya