Headline

. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.

Fokus

Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.

Tren Milenial Kota Besar, Beli Rumah Sebagai Investasi

Fetry Wuryasti
16/5/2018 13:03
Tren Milenial Kota Besar, Beli Rumah Sebagai Investasi
(ANTARA)

MESKI separuh warga Jabodetabek dan beberapa kota besar lainnya belum sanggup membeli rumah, ada tren baru sebagai alasan untuk mereka yang sudah mampu membeli rumah, terutama bagi golongan mileneal. Mereka membeli rumah, hanya sebagai investasi.

Berdasarkan survei tim Business Intelligent Rumah123, para mileneal sudah menggolongkan dirinya sebagai investor, bukan lagi first home buyer meski baru membeli properti untuk kali pertama. Survei itu melibatkan 1.922 responden selama periode 13 Maret-27 April 2018, dengan responden berasal dari Jabodetabek dan beberapa kota besar lainnya di Pulau Jawa.

“Responden milenial sudah cukup sadar bahwa properti memiliki return yang bagus. Jadi, meski bukan hunian idamannya, saat mampu membeli sebuah properti, maka mereka akan berpikir itu sebagai bentuk investasi,” ujar Country General Manager Rumah123, Ignatius Untung melalui rilis yang diterima, Rabu (16/5).

Data menunjukkan bahwa 60,32% milenial di rentang usia 22-28 tahun mencari hunian sebagai bentuk investasinya. Sementara 39, 68% lainnya belum berencana sedikitpun.

Sedangkan milenial di rentang usia 29-35 tahun, sebesar 75% yang mulai mencari hunian investasi. Angka ini meningkat cukup banyak.

Pola pikir pragmatis juga cukup mewarnai keputusan pembelian properti dengan menggunakan fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Hal ini cenderung terjadi pada masyarakat di golongan penghasilan di bawah Rp10 juta yang rela membayar cicilan dengan bunga lebih tinggi selama proses pengajuannya tidak terlalu sulit.

Besaran uang muka atau DP ternyata masih menjadi momok di semua kelompok penghasilan. Jika mereka yang berpenghasilan di bawah Rp10 juta per bulan kesulitan membayar DP lantaran kurangnya penghasilan, lain lagi kesulitan bagi mereka yang berpenghasilan di atas Rp10 juta.

Golongan berpenghasilan terbilang besar ini cenderung kesulitan membayar DP karena “terlilit” utang. Sebut saja credit card, Kredit Tanpa Agunan (KTA), dan Kredit Kendaraan Bermotor (KKB).



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Anata
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik