Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
SELAMA sepekan timbunan sampah di kolong tol Tanjung Priok mendapat perhatian publik. Sampah tersebut menggunung hingga 2 meter, bahkan sampah hampir menyentuh atap kolong tol. Alhasil, ratusan petugas dikerahkan untuk mengangkut sampah untuk dibawa ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Waduk Cincin menggunakan gerobak motor.
"Kami kesulitannya akses jalan di sana. Hampir tidak ada akses jalan untuk kita mengangkut sampah di sana. Makanya kita pakai gerobak motor. Kalau pakai truk, mungkin kita bisa lebih cepat. Ini saya perkirakan sampah baru bisa terangkut semua selama sebulan," ujar Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Tanjung Priok Basrudin ketika dihubungi, Kamis (26/4).
Suku Dinas Lingkungan Hidup (LH) Jakarta Utara kawasan Tanjung Priok, lanjutnya, sudah mengangkut sebanyak 638 ton sampah dari kolong tol Tanjung Priok. Sampah sebanyak itu diangkut sejak Rabu (18/4) dan Kamis (26/4).
Setiap harinya rata-rata ratusan petugas Suku Dinas Kebersihan Tanjung Priok mengangkut sampah menggunakan gerobak motor menuju Waduk Cincin. Sebanyak 20 gerobak motor dikerahkan untuk mengangkut sampah. Satu unit ge-robak motor setiap hari sampai lima kali bolak-balik dari kolong tol ke Waduk Cincin.
Wilayah kolong tol Tanjung Priok yang dipenuhi sampah meliputi dua RW, yakni RW 07 dan RW 08, Kelurahan Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Saat ini, hampir seluruh sampah yang masuk RW 08 sudah terangkut. Pengerukan sampah saat ini mulai bergeser ke RW 07.
"Sekarang kita sedang geser ke RW 07. Di RW 08 sampah penuh di sepanjang 600 meter. Di RW 07 kira-kira 100 meter," kata Basrudin.
Buangan warga
Sampah-sampah yang menumpuk di bawah kolong tol Tanjung Priok berasal dari sampah buangan warga yang tinggal secara liar di kawasan tersebut.
"Mereka dengan nyaman membuang sampah tidak jauh dari rumah mereka sendiri," kata Basrudin.
Basrudin menambahkan bahwa bangunan liar di bawah kolong tol Tanjung Priok sudah ada sejak 1993. Keberadaan mereka yang ilegal membuat sampah tidak terangkut secara resmi oleh petugas suku Dinas LH Jakarta Utara. Kebanyakan sampah di sana merupakan sampah botol plastik bekas hasil pungutan warga di bawah kolong.
"Sayangnya tidak ada inisiatif dari warga untuk membantu kami mengangkut sampah. Mereka asyik saja di rumah mereka. Belum ada kesadaran sampai sana," ujar Basrudin.
Untuk mengatasi tumpukan sampah di kawasan tersebut, Basrudin telah berkoordinasi dengan pengelola tol, yakni PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk (CMNP). Ia meminta CMNP untuk bisa membuka akses jalan secepatnya lantaran akses jalan terhalang bangunan liar di sana.
"Iya, kami sudah minta CMNP untuk bisa buka akses jalan. Karena kelihatannya kalau kita pakai shovel atau truk bisa lebih cepat," imbuhnya.
Ia pun mengimbau CMNP untuk berkirim surat ke Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terkait dengan penertiban permukiman ilegal di sana. (Aya/J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved