Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Belajar dari Terbakarnya Museum Bahari

17/1/2018 08:06
Belajar dari Terbakarnya Museum Bahari
(MI/RAMDANI)

BARU saja Cecep menyeruput kopi di sudut utara gedung C, Museum Bahari, Penjaringan Jakarta Utara, kemarin pagi, ia melihat ada asap menyembul dari ventilasi salah satu gudang.

Gudang itu terletak di lantai satu gedung tempat penyimpanan barang bekas museum saat masuk dalam gudang seluas 6 meter x6 meter itu. Ia melihat ada percikan api bersumber dari lampu neon. Percikan apinya jatuh dan membakar plastik, spanduk, sisa kayu, dan barang bekas lainnya di sana.

"Itu sekitar pukul 09.00. Percikan apinya sudah membakar bahan plastik dan kayu di gudang itu," kata Cecep, 72, saksi yang pertama kali melihat sumber api saat kejadian kebakaran di Museum Bahari, kemarin. Panik, Cecep memanggil rekannya Dedi, dan berinisiatif mengambil alat pemadam api ringan (apar) yang terletak di lorong gedung C.

Namun, saat disemprot Apar justru api makin membesar. Api begitu cepat merambat ke ruang lainnya. Sekitar 15 menit lantai satu gedung C sudah dirambati lidah api. Mereka lalu keluar gedung dan sempat panik saat ada rombongan dari salah satu sekolah dasar (SD) yang akan berkunjung. Mereka sudah berada di halaman depan museum. Saat itu museum memang sudah dibuka sejak pukul 08.00

"Saya langsung arahkan mereka keluar. Mereka juga sudah melihat asap sudah besar dan langsung berlari keluar," kata pegawai yang bekerja di Museum Bahari sejak 1975.

Kurang dari satu jam, api sudah merambat ke lantai satu dan lantai dua gedung C. Gedung A yang bersebelahan juga ikut terbakar sebagian.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Museum Bahari Husnizon Nizar mengatakan, gedung yang paling parah terbakar ialah gedung C. Tempat berbagai koleksi benda bersejarah kebaharian disimpan dan dirawat.

"Lantai 1 gedung C itu adalah tempat koleksi alat-alat navigasi laut, seperti mercusuar, dan rambu-rambu laut lain dan juga alat-alat lainnya berkaitan dengan transportasi laut, juga ada miniatur perahu tradisional," kata Nizar di lokasi kejadian.

Di lantai dasar gedung tersebut tersimpan koleksi dari angkatan laut. Di lantai 1 ialah ruangan yang berisi diorama tokoh-tokoh laut internasional.

"Dari 700 koleksi museum yg ada belum tau berapa yang terbakar. Tapi paling banyak itu alat navigasi dan miniatur perahu," ujarnya.

Arkeolog Pemerhati Kota Tua Jakarta, Tiu Atmoko yang ikut memeriksa kondisi museum pascakebakaran mengatakan sudah saatnya setiap bangunan cagar budaya, terutama museum, ada deteksi dininya. Dengan catatan, koleksi museum juga harus ditingkatkan kualitasnya. Jadi, seimbang antara biaya perawatan dan fasilitas gedung dengan koleksi.

Arkeolog lainnya yang ditemui di lokasi, Candrian Attahiyat mengatakan, Pemprov DKI harus belajar dari kasus kebakaran ini. Perawatan, fasilitas pelindung dan penyelamatan gedung, harus dilengkapi sesuai standar. Apalagi, sebagai bangsa bahari, sudah seharusnya Indonesia memiliki museum bahari yang lengkap.

"Saya tidak tahu apakah kasus ini musibah atau kelalaian. Yang jelas selama ini perawatan cagar budaya cukup memprihatinkan," kata Candrian. (Akmal Fauzi/J-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya