Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Surat Intoleransi itu Bikin Malu Saja

(Sumantri Handoyo/J-1)
09/12/2017 04:30
Surat Intoleransi itu Bikin Malu Saja
(Ist)

BAK petir di siang bolong, beredarnya surat bernuansa intoleransi sangat mengagetkan warga Perumahan Bumi Anugerah Sejahtera yang berada di Desa Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten. Selama puluhan tahun, warga di perumahan itu terkenal akan sifat guyub mereka. "Surat itu bertolak belakang dengan keadaan sehari-hari warga di sini yang adem ayem. Maka itu kami kaget, kenapa bisa sampai ada surat seperti itu. Kami juga malu karena surat itu jadi viral di dunia maya, seakan-akan warga di sini enggak toleran dengan sesama," keluh Andri, salah satu warga perumahan tersebut, saat ditemui Jumat (8/12).

Surat yang dimaksudnya itu adalah sebuah berita acara yang diteken enam ketua RT, ketua RW, dan Kepala Desa Rajeg yang intinya membatasi kegiatan keagamaan bagi warga nonmuslim di perumahan itu. Padahal, kata Andri, ia dan para tetangganya yang memeluk agama Islam selama ini merasa tak terganggu oleh aktivitas keagamaan tetangga mereka yang nonmuslim. "Selama ini enggak ada keluhan. Malah malam minggu ini, warga akan kumpul-kumpul di rumah Pak Johanes buat bahas pengamanan perayaan Natal," tuturnya. Pertemuan seperti itu, sambung Andri, biasa digelar warga untuk menyambut momen-momen spesial, misalnya perayaan Lebaran, Natal, dan Agustusan.

Saling membantu pun sudah berubah dari kebiasaan menjadi tradisi. Misalnya saja saat di bulan suci Ramadan. Warga nonmuslim mengambil inisiatif ikut ronda guna membangunkan umat Islam yang akan menyantap sahur. Begitu pula saat perumahan ditinggal banyak penghuninya yang mudik Lebaran, warga nonmuslim berbagi peran menjaga keamanan lingkungan. "Saling bantu di sini bukan barang aneh. Yang aneh itu, kok tiba-tiba bisa ada surat kayak itu? Malu-maluin saja," ucap Andri dengan nada gusar.

Johanes Panjaitan, salah satu pengurus komunitas Kristen di perumahan tersebut, mengatakan selama ini kerukunan di kompleks itu sangat terjaga. Meski jumlah warga nonmuslim sedikit, warga di perumahan tersebut tak memandang mereka sebagai warga kelas dua. "Lah ini buktinya, tetangga-tetangga yang beragama Islam bolak-balik tanya ke saya kapan mau gelar rapat buat persiapan Natal. Mereka ini tetangga yang baik," ujarnya.

Rukun dalam perbedaan, bahkan sangat mendasar karena menyangkut akidah, kata Johanes, berawal dari seringnya warga menggelar kegiatan bersama untuk menjaga keguyuban. Mulai dari acara resmi hingga sekadar kongko. "Kalau pas hari libur, bapak-bapaknya main karambol sambil ngopi, ibu-ibunya ngeliwet nasi untuk makan bersama," ujarnya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya