Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Selamatkan Budi Daya Ikan Hias dari Gerusan Zaman

(Gana Buana/J-4)
28/10/2017 04:30
Selamatkan Budi Daya Ikan Hias dari Gerusan Zaman
(ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya)

SEPULUH tahun terakhir adalah masa sulit bagi Atep Setiawan dan ratusan pembudi daya ikan hias lainnya di Kota Bekasi. Predikat sebagai kota dengan nilai ekspor komoditas ikan hias terbesar di Indonesia sejak 1998 tak lagi disandang kini. Bahkan, sekitar 300 dari total 700 pembudi daya ikan hias gulung tikar.
“Sekarang susah banget cari pakannya. Perkembangan zaman, mau tidak mau kita tergerus,” Atep mengawali kisahnya, kemarin siang.

Dahulu, mencari kutu air atau jentik nyamuk yang biasa mereka jadikan pakan ikan ialah perkara mudah. Rawa maupun sawah masih terbentang luas di Bekasi. Zaman berganti, pembangunan yang pesat telah mengubah habitat asli pakan ikan hias menjadi permukiman atau pertokoan. “Kami siasati dengan membeli pakan instan di pasar, tapi luar biasa mahalnya,” imbuh Atep.

Satu kaleng pakan artemia untuk pengganti kutu air, misalnya, mereka harus merogoh kocek Rp700 ribu. Padahal dalam sepekan butuh minimal dua kaleng pakan. Tak kalah mahal, harga cacing sutra saat ini sudah mencapai Rp10 ribu hingga Rp15 ribu per liter. Padahal pembudi daya ikan hias kecil saja butuh 10 liter cacing sutra dalam satu hari. “Dulu harga cacing sutra hanya Rp1.000 per liter, sekarang ampun naiknya 100%,” kata Atep.

Pada masa keemasan, mereka bisa mengekspor jutaan ikan hias air tawar tiap tahunnya. Bahkan nilainya terbesar se-Indonesia. Sekitar 75% produksi ikan diekspor ke Asia, Eropa, bahkan Amerika. “Paling banyak ke Tiongkok sebab permintaan ikan hias dari sana tak terbatas,” tuturnya di sela-sela pameran dan bisnis ikan hias Aquabex 2017 di Sentra Ikan Hias Kota Bekasi. Dia berharap pameran itu bisa membawa hawa positif bagi bisnis budi daya ikan hias.

Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengakui budi daya ikan hias sangat potensial. Ia meminta dinas pertanian dan perikanan serta dinas perindustrian dan perdagangan bersinergi memajukan potensi tersebut. Dia meminta sentra yang terletak di Jalan Pariwisata, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawa Lumbu, itu diberi perhatian khusus. “Jangan sampai tempatnya disatukan begini dengan pasar burung,” kata Rahmat. Rencanannya, sentra ikan hias akan dipindah ke Pasar Teluk Buyung, Bekasi Utara, agar tiap jenis usaha bisa berkembang dengan baik. (Gana Buana/J-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya