Headline
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.
Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan
PUDARNYA kejayaan pertokoan elektronik Glodok di Jakarta Barat tidak berdampak pada wilayah di sekitarnya, misalnya sentra perdagangan pecinan (China town).
Berkunjunglah ke Gang Kodok, Petak Sembilan, Glodok. Kawasan itu selalu ramai sepanjang hari ini. Petak Sembilan tak sekadar simbol kejayaan bagi kaum peranakan, tetapi lebih dari itu, membawa penghidupan bagi banyak orang, tak pandang etnik.
Gang Kodok adalah gang pertama di sisi kanan Jalan Petak Sembilan. Di tempat itu denyut perekonomian pecinan tempo dulu masih sangat kental.
Di mulut Gang Kodok terdapat penjual kura-kura dan pioh. Kura-kura diyakini bisa menjadi perantara pembuang sial. Pembelinya dari kalangan Tionghoa. Kura-kura dihanyutkan ke kali diiringi doa dan harapan agar masalah dijauhkan.
”Kalau ada yang sakit enggak sembuh-sembuh atau mengalami masalah di rumah ataupun di tempat kerja, dia dan keluarga perlu membeli kura-kura,” ucap Yoe Goat Eng, 68, warga Petak Sembilan sekaligus pedagang kue basah di tempat itu.
Menurutnya, kura-kura adalah binatang suci, tak boleh dikonsumsi. Berbeda dengan pioh yang bisa dikonsumsi. Keluar dari Gang Kodok, masuk ke Jalan Petak Sembilan atau beberapa puluh meter dari Wihara Dharma Bhakti, terdapat pedagang kaki lima dan pemilik kios menjual bermacam sayur, kue basah, kue kering, manisan, bermacam daging, ikan bandeng besar, dan bumbu ala Hokkian.
Ada juga pedagang pakaian tradisional serta perangkat doa, termasuk hio dan wewangian khas. Di tempat itu, arsitektur deretan bangunan masih ada bergaya tradisional Tiongkok yang juga digunakan untuk berdagang. Belum lagi sapaan akrab koko dan cici yang mengajak mampir ke tempat mereka. “Tahun 90’an sepanjang gang di Petak Sembilan masih banyak bangunan rumah lama (tradisional). Kalau Imlek, seminggu jalan di tutup karena ada pesta. Pedagang berjualan sampai malam,” tutur Yoe.
Baginya, meski berubah, Glodok tetap tak kehilangan romantismenya.
Masyarakat pribumi dan kaum peranakan Tionghoa hidup menyatu menggambarkan keragaman wilayah pecinan. “Semoga pemerintahan nanti bisa menyejahterakan semuanya. Sejahtera pereknomiannya. Tak hanya Glodok, tapi juga semuanya,” harap Yoe.
Wihara Dharma Bakti yang berusia 367 tahun juga menjadi pesona tersendiri di Petak Sembilan. Masyarakat datang dari berbagai lokasi untuk bersembahyang ke wihara yang beberapa waktu lalu mengalami kebakaran itu. Seusai bersembahyang, mereka membeli barang-barang keperluan rumah tangga, yang membuat pasar tradisional di sana tetap bergairah.
Sandiaga Uno, yang berkunjung ke Petak Sembilan, menyatakan pusat sembahyang etnik Tionghoa itu mampu menjaga keharmonisan sehingga harus dilestarikan. Saat dilantik menjadi Wagub DKI pada Oktober nanti, Sandi berjanji sesegera mungkin berkomunikasi dengan DPRD untuk membahas rencana pemberian bantuan pembangunan dan renovasi wihara. “Melihatnya saja cukup membuat saya bahagia,” tuturnya. (Akmal Fauzi/J-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved