Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
IRVAN, Yadi, Ipah, Yulianingsih, Yusmaniar, Heli, dan Uking, pedagang di Pasar Inpres Kedoya Utara, Jakarta Barat, mengeluhkan stok ketersediaan garam di toko mereka. Begitu pun dengan pedagang di Pasar Palmerah, Jakarta Barat, baik itu garam halus, batangan, maupun garam kasar. Hal itu sudah terjadi pasca-Idul Fitri tahun ini. Kelangkaan makin terasa sejak dua minggu terakhir. Stok mereka makin menipis.
“Sudah dua minggu ini garam kosong. Seumur-umur baru kali ini garam langka. Saya harus mencari ke sana kemari, padahal biasanya distributor langsung yang mengantar,” ungkap Heli, yang diamini para pedagang Pasar Inpres Kedoya Utara, Jakarta Barat, Kamis (27/7). Sejak stok garam langka di pasaran, Heli terpaksa harus mendatangi distributor lain untuk mendapatkannya. Itu pun tidak selalu ada stok. Kalaupun ada, jumlah pembelian dibatasi distributor. Misalnya, jika ingin membeli 50 pak garam halus ukuran 1/4 kilogram, distributor hanya mampu memenuhi setengah dari jumlah permintaan. Itu pun harus dipesan terlebih dulu. Jika tidak, jangan diharap bisa membeli garam. “Kondisi ini sudah sejak akhir Juni lalu. Kita harus pesan ke distributor dan garamnya baru bisa kita terima dua minggu kemudian,” keluh Heli.
Hal senada diakui Irvan, yang sudah berdagang sejak 10 tahun lalu di sana. Dia mengakui selama berjualan belum pernah sekali pun hal seperti ini terjadi. Baru tahun ini mereka merasakan bagaimana sulitnya mencari ketersediaan garam yang akan dijual kepada konsumen. Padahal, garam merupakan barang kebutuhan sehari-hari yang sangat dicari masyarakat.
Irvan berharap pemerintah segera mengatasi kelangkaan garam ini.Perputaran garam bisa stabil kembali seperti sebelumnya sebab komoditas lain bisa ikut naik, seperi ikan asin dan produk yang menggunakan garam. “Kami berharap kelangkaan garam segera berakhir. Aneh soalnya dengan negara kita yang lautannya luas, tapi garam langka,” ujar Irvan.
Akibat kelangkaan itu, harga garam rata-rata naik 250%. Misalnya, garam halus batangan eceran dari Rp2.000/plastik menjadi Rp5.000. Garam kasar per karung isi 50 kg dari Rp80 ribu menjadi Rp300 ribu. Dampaknya sangat terasa bagi pedagang es krim sebab garam merupakan bahan baku utama untuk membuat es krim. “Pusing saya! Harga garam saat ini bukan naik lagi, melainkan ganti harga, sebelum bulan puasa (Mei) saya beli garam kasar sekilo masih Rp5.000, sekarang Rp15 ribu,” tutur Tukino, pedagang es krim keliling di sekitar Pasar Palmerah, Jakarta Barat.
Tukino mengaku, sejak kelangkaan garam pada Juni dan harganya yang juga naik drastis, keuntungan yang didapatnya juga berkurang sebab ia tidak menaikkan harga jual es krimnya. Biasanya keuntungan bersih Rp150 ribu per hari, kini Rp100 ribu. “Mau menaikkan harga jual khawatir, tunggu dulu sampai akhir bulan ini,” imbuhnya. (Koni Armandani/J-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved