Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Plang Petunjuk yang Menipu

09/5/2017 06:00
Plang Petunjuk yang Menipu
(ANTARA)

PARA calon penumpang yang perutnya tengah ‘keroncongan’ kerap kecele saat mengikuti papan petunjuk arah bertuliskan ‘Food Court’ yang ada di lantai tiga Terminal Pulogebang.

Begitu sampai di lantai itu, para penumpang hanya mendapati sebuah area luas yang kosong melompong dan gelap gulita. Tak ada gerai penjual makanan di sana.
“Ini bagaimana sih? Penumpang kok dibohongi begini,” gerutu Medina, salah satu calon penumpang Terminal Pulogebang.

Pagi itu, ia bersama lima anggota keluarganya sengaja keluar rumah pagi buta dari rumahnya di bilang­an Klender, Jakarta Timur, guna menghindari macet. Mereka berencana baru akan sarapan begitu tiba di Terminal Pulogebang.

“Dari ruang kedatangan di lantai satu, sudah ada plang yang tertulis ‘Food Court’ terletak di lantai tiga. Begitu juga di ruang tunggu di lantai dua, juga ada plang petunjuk ‘Food Court’ di lantai tiga. Begitu sampai di lantai tiga, itu lihat saja sendiri. Ngerjain orang ini namanya,” kembali Medina menggerutu.

Kepala UPT Terminal Terpadu Pulogebang Ismanto mengatakan pihaknya tak bisa berbuat banyak untuk menanggapi keluhan calon penumpang tersebut. Area di lantai tiga itu merupakan wewenang PD Pasar Jaya untuk mengelolanya.

Hal serupa juga terjadi di lantai satu. Di situ terdapat papan petunjuk jalan yang mengarah ke barat dan bertuliskan pusat perbelanjaan Giant. Namun, begitu tempat itu dilo­ngok, lahan kosong yang terhampar.

“Untung saja ada beberapa wa­rung kopi, ya makan seadanya lah, makan roti dan gorengan. Mending enggak usah ditulis ada supermarket atau food court sekalian,” lanjut Medina yang tak berhenti menggerutu.

Cita-cita meramaikan terminal yang disebut-sebut modern itu sebenarnya sudah hampir terwujud. Beberapa kios sudah terisi dengan penjual ragam baju, sepatu, tas, mainan anak, pulsa, sandal, dan lain-lain.

Namun, para pedagang menjajakan dagangan mereka persis pedagang emperan, bermodal meja kecil seadanya.

Asih, 35, seorang penjual jaket kulit, mengaku bersedia pindah ke Terminal Pulogebang dari Pasar Senen karena di situ tak perlu membayar uang sewa. Di saat yang sama, kios tempatnya berjualan di blok III, Pasar Senen, juga belum direnovasi setelah terbakar pada Januari 2017. “Mumpung gratis, tapi ternyata masih sepi di sini,” kata Asih. (Aya/J-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik