PT Trans Jakarta segera mengoperasikan 300 bus di sejumlah rute umum atau di luar koridor guna mengisi kekurangan bus di rute tersebut. Organisasi Angkutan Darat (Organda) bahkan menyambut rencana itu. Direktur Utama PT Trans Jakarta Steve Kosasih mengatakan kebijakan itu harus dilakukan karena kualitas dan kuantitas angkutan umum di Jakarta kurang memadai. Bus-bus yang akan melayani rute umum bukan hanya milik PT Trans Jakarta, melainkan juga bus milik operator lain yang telah berintegrasi dengan PT Trans Jakarta.
Menurutnya, langkah itu juga merupakan wujud tanggung jawab Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta melalui PT Trans Jakarta untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat demi menyediakan transportasi publik yang aman, nyaman, dan terjangkau. Karena itu, tarif bus Trans-Jakarta yang melayani rute-rute angkutan umum itu juga sama dengan bus Trans-Jakarta yang meluncur di koridor khusus, yakni Rp3.500. "Trans Jakarta akan mengisi kesenjangan tersebut dengan mengoperasikan bus-bus pada rute-rute gemuk. Gemuk dalam arti busnya banyak karena trayek banyak yang bersinggungan, tetapi kualitasnya tidak bagus," kata Kosasih ketika dihubungi, kemarin.
Langkah itu, ujarnya, telah didukung Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI. Untuk tetap mengedepankan pembayaran transaksi nontunai, di dalam setiap bus akan ditempatkan satu unit mesin tapping. Dengan demikian, masyarakat harus membayar ongkos menggunakan uang elektronik atau e-money. Bus-bus yang dioperasikan di rute umum, kata Kosasih, tetap memiliki standar tinggi, sesuai dengan standar pelayanan minimum (SPM) yang ditetapkan PT Trans Jakarta, yakni berstandar internasional.
Di antaranya, bus dilengkapi pendingin ruangan dan CCTV. Ia mengatakan, pengguna bus Trans-Jakarta di rute umum juga akan mendapatkan kemudahan lain. Di antaranya, tidak perlu membayar lagi ketika ingin beralih ke bus Trans-Jakarta atau bus lain yang telah berintegrasi dengan bus Trans-Jakarta. "Sekali naik hanya bayar Rp3.500 dan bisa berpindah ke bus Trans-Jakarta, bus pengumpan atau bus Trans-Jabodetabek, dan tidak usah bayar lagi," tuturnya.
Untuk merealisasikan rencana itu, PT Trans Jakarta telah membeli 2.000 unit bus pada tahun ini melalui e-katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) maupun skema pembayaran operator dengan tarif rupiah per kilometer. Selain itu, tahun ini BUMD milik Pemprov DKI itu juga membeli 1.000 unit bus kota dan 100 unit bus tingkat. Semua pengadaan armada transportasi tersebut didanai dari Penyertaan Modal Pemerintah (PMP) 2015 yang telah cair sebesar Rp700 miliar. Di samping itu, PT Trans Jakarta juga telah meminjam dana ke Bank DKI Rp1,2 triliun. Dengan makin luasnya layanan dan bertambahnya armada bus Trans-Jakarta, Kosasih yakin target mampu mengangkut 1 juta penumpang per hari bisa tercapai.
Dinanti masyarakat Ketua Organda DKI Safruhan Sinungan menyambut baik rencana pengoperasian bus Trans-Jakarta pada rute-rute umum. Menurutnya, revitalisasi angkutan umum hingga ke moda bus kecil tidak bisa ditunda karena kebutuhan angkutan umum yang layak sudah dinanti masyarakat sejak lama. "Penyediaan angkutan umum yang layak itu amanat undang-undang. Tidak bisa ditunda lagi, ini wajib. Kami sangat mendukung," kata Safruhan ketika dihubungi Media Indonesia.
Ia juga mengatakan, hadirnya bus Trans-Jakarta di rute-rute umum sekaligus menantang para pengusaha angkutan umum agar segera merevitalisasi armada mereka dan bergabung dengan PT Trans Jakarta. Hal itu juga tidak menutup kemungkinan akan membuat angkutan umum lainnya merugi dan perlahan mati. (J-2)