SALAH satu cara Pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru, adalah dengan memberangkatkan sebanyak 1.000 guru dan tenaga pendidik dari sekolah-sekolah pilihan di seluruh Indonesia belajar ke luar negeri. Negara-negara yang dijadikan tempat belajar di antaranya: Korea Selatan, Jepang, Jerman, Perancis, Singapura, Tiongkok, Hong Kong, Malaysia, dan Australia.
Pelatihan Guru di Korea National University of Education (KNUE)
Salah satu negara yang dijadikan tempat untuk belajar para guru dari Indonesia adalah Korea Selatan. Di Korea Selatan, para guru belajar di Korea National University of Education (KNUE). KNUE yang terletak di kota Cheongju, merupakan perguruan tinggi kependidikan terbaik di Korea Selatan.
Ada 17 guru yang belajar di KNUE, terdiri atas 7 guru matematika SMP dan 10 guru matematika SMA dari 13 provinsi di Indonesia. Mereka didampingi oleh 3 orang Widyaiswara dari PPPPTK Matematika. Di KNUE para guru akan belajar tentang pembelajaran matematika berbasis Higher Order Thinking Skills (HOTS), dari tanggal 4 sampai 22 Maret 2019.
Di KNUE para guru dan widyaiswara disambut langsung oleh Profesor Lew Hee-chan, yang merupakan Presiden Korea National University of Education (KNUE). Dalam sambutannya Profesor Lew mengungkapkan rasa bangganya, karena dapat bekerjasama secara resmi dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, lewat PPPPTK Matematika Yogyakarta. Pada kesempatan tersebut Profesor Lew memberi informasi bahwa KNUE merupakan satu-satunya lembaga pencetak guru yang komprehensif di Korea Selatan. Universitas ini telah mencetak dan melatih guru di semua jenjang, dari guru TK sampai dengan guru Sekolah Menengah Atas (SMA), dan telah meluluskan sarjana S1, S2, dan S3 (doktor). KNUE menempati ranking atas di antara universitas-universitas di Korea Selatan.
Dalam sambutannya Profesor Lew memberi penekananan bahwa saat ini banyak tantangan baru yang menuntut dunia pendidikan melakukan perubahan, utamanya disebabkan oleh adanya revolusi industri 4.0. Oleh karena itu, para guru perlu mengajarkan kepada siswa-siswanya untuk dapat menghubungkan berbagai kurikulum dan menunjukkan kompleksitas hubungan ini, karena akan mengubah cara hidup dan cara berpikir manusia. Hal ini membuat siswa harus memiliki kemampuan-kemampuan yang dapat mendukung cara berpikir dan keterampilan kognitifnya, seperti berpikir kritis, kreatif, dan memiliki keterampilan dalam menyelesaikan berbagai masalah kehidupan.
Industri 4.0 menitikberatkan pada teknologi digital, yang banyak memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau teknologi Artificial Inteligence (AI), misalnya dalam penggunaan robot, yang mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang tadinya dilakukan oleh manusia.
Revolusi industry 4.0 mengarah pada sistem yang dapat mengontrol objek melalui jaringan virtual physical system, seperti pada sistem Vitual Reality (VR) dan internet of thing (IOT). Di dalam VR, dapat dilakukan petualangan yang sebenarnya tidak nyata, namun seolah-olah menjadi seperti asli. Sedangkan IOT adalah sejenis jaringan yang disediakan oleh sistem internet yang dikendalikan oleh manusia. Contoh IOT dapat digunakan dalam pengontrolan jarak jauh (secara remote) temperatur almari es di dalam rumah dengan menggunakan handphone (HP). Contoh lain virtual system adalah self-driving car, yaitu teknologi yang memungkinkan sebuah mobil dapat bergerak sendiri tanpa ada manusia yang mengemudikannya.
Di akhir sambutannya, Profesor Lew menekankan juga agar kita memiliki kompetensi untuk menguasai virtual system ini, yang meliputi kemampuan statistik untuk analisis data dan pengambilan keputusan dalam kehidupan sehari-hari, serta kemampuan berkomunikasi antara manusia dengan mesin.(RO)