PEMERINTAH terus mendorong meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satunya dengan terus memperjuangkan peningkatan kualitas lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) yang siap diserap dunia kerja.
Namun, permasalahan yang dihadapi ialah kekurangan guru produktif.
Data Ditjen Gurudan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), pada 2016 diperlukan 335.821 guru produktif, sedangkan saat itu hanya ada 100.552 guru produktif. Dari jumlah tersebut, 40.098 guru berstatus pegawai negeri sipil (PNS) dan 60.482 guru non-PNS. Itu artinya total kekurangan guru produktif di SMK masih sebanyak 235.269 orang yang tersebar pada semua kompetensi keahlian.
Ironisnya, mayoritas guru produktif yang ada di SMK saat ini minim keahlian sehingga program keahlian ganda yang konon sesuai arah orientasi program nasional revitalisasi SMK, yakni mencetak lulusan yang memiliki ijazah dan sertifikat kompetensi keahlian sangat relevan. Sejalan dengan itu, guru produktif SMK juga dituntut memiliki sertifikat kompetensi keahlian. Alih-alih mempertajam kompetensi keahlian guru produktif, pemerintah melalui Kemendikbud melaksanakan program keahlian ganda untuk memenuhi kebutuhan guru produktif secara kuantitatif.
Lebih lagi, program keahlian ganda juga digadang-gadang mampu memenuhi kebutuhan guru produktif di SMK dalam waktu yang cukup singkat, yakni dengan cara mengalihfungsikan guru normatif adaptif ke guru produktif lewat bekal pelatihan (diklat) khusus. Guru normatif adaptif dibekali pengetahuan dan keterampilan baru agar bisa menjadi guru produktif. Sesuai namanya, program keahlian ganda, guru nantinya akan memperoleh dua sertifikat, yaitu sertifikat pendidik yang baru dan sertifikat kompetensi yang dikeluarkan Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP).
Lebih lanjut, ada 51 sasaran paket keahlian yang dikelompokkan ke dalam enam bidang, yakni maritim/kelautan (tujuh paket), agrobisnis dan agroteknologi (10 paket), seni rupa dan kriya (13 paket), pariwisata (lima paket), teknologi dan rekayasa (11 paket), serta teknologi informasi dan komunikasi (tiga paket).
Selama setahun mengikuti diklat, ada empat tahapan yang harus dilalui para peserta, yakni pengenalan kompetensi guru produktif, peningkatan kompetensi, penguatan pengalaman lapangan, serta peningkatan, penajaman, dan ujian kompetensi keahlian, sedangkan dalam pelaksanaannya menggunakan desain sistem berlapis (sandwich system) On-In-On-In Service Training. Maksudnya, guru sasaran harus mengikuti tahapan-tahapan tersebut sebelum proses sertifikasi pendidik dan magang.
Rekrutmen peserta
Sejak diluncurkan program keahlian ganda sudah mampu menarik peminat hingga mencapai 15.168 peserta. Namun demikian, setelah dilakukan seleksi ketat, terpilih 12.324 peserta atau sekitar 81,25% dengan jumlah peserta terbanyak dari kelompok keahlian teknologi dan rekayasa 54%. Kemudian, pariwisata 18%, pertanian 18%, kemaritiman 6%, dan ekonomi kreatif 4%.
Dari total peserta, daerah Jawa Timur mendominasi jumlah peserta, yaitu 1.730 peserta atau 14,04%, sedangkan Kalimantan Utara paling sedikit dengan 80 peserta, atau 0,65%. Di dalam penyelenggaraannya, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan melibatkan seluruh komponen terkait. Meliputi 34 dinas pendidikan provinsi, enam PPPPTK, dan satu PPTK KPTK dengan 366 pusat belajar, dinas kabupaten/kota, instruktur, LSP P2, sekolah tempat magang, guru peserta, maupun guru pendamping.
Selama kegiatan pendidikan dan pelatihan, peserta didistribusikan ke tiap-tiap PPPPTK sesuai dengan paket keahlian yang dipilih. Pun sebarannya didasarkan paket keahlian dan PPPPTK. Sebagai contoh, LPPPTK KPTK yang notabene pusat pendidikan dan pelatihan Kemendikbud dalam program keahlian ganda ini menangani bidang keahlian Kemaritiman dan Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Di sini, jumlah peserta yang ditangani sebanyak 1.303 peserta, tiap-tiap 361 peserta di bidang keahlian kemaritiman dan 942 peserta di bidang teknologi informasi dan komunikasi dengan jumlah peserta lulus sebanyak 791 guru, atau sekitar 84%.
Hasil dan sebaran
Secara nasional, program keahlian ganda telah menghasilkan lulusan sebanyak 10.056 guru produktif. Adapun mayoritas lulusan tersebut berasal dari lima pilihan paket keahlian, yakni teknik komputer jaringan berjumlah 1.595 guru produktif. Setelah itu, paket keahlian multimedia menghasilkan 1.470 lulusan guru. Rangking ketiga ialah teknik kendaraan ringan dengan lulusan sebanyak 779 guru, agrobisnis tanaman pangan dan hortikultura 696 guru, jasa boga 685 guru.
Jumlah lulusan paling banyak dari Provinsi Jawa Timur sebanyak 1.474 guru. Kemudian, Jawa Tengah sebanyak 1.070 guru dan Jawa Barat sebanyak 583 guru, Sulawesi Selatan sebanyak 445 guru, dan NAD sebanyak 443 guru. Semua lulusan tersebar di 471 kabupaten/kota di 34 provinsi se-Indonesia.
Hasil survei yang dilakukan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan menyebutkan 96,8% kepala sekolah mendukung adanya program keahlian ganda. Pascapembekalan sebanyak 92% peserta menyatakan mengerti dan tidak keberatan dengan program keahlian ganda.
Meskipun pelaksaan program tersebut memakan waktu yang sangat panjang, yaitu 12 bulan dan rata-rata menilai layanan yang diberikan sangat memadai. Akan tetapi, sekitar 2.268 peserta mengundurkan diri akibat kurang memperhitungkan jadwal dan kondisi serta problem domestik lainnya.
Meskipun terdapat sejumlah keluhan dan masukan untuk perbaikan program keahlian di masa yang akan datang, secara keseluruhan pelaksanaan program keahlian ganda cukup mendapatkan apresiasi positif dari peserta. (Mut/S-1)