Headline

Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.

Fokus

Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.

Perundingan Suriah Terhambat

Yanurisa Ananta
29/12/2015 00:00
Perundingan Suriah Terhambat
(AFP)
AKHIRNYA Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan tanggal digelarnya pembicaraan perdamaian Suriah. Namun, kematian pimpinan kelompok pemberontak Jaish al-Islam, Zahran Alloush, yang menentang rezim Suriah dan kelompok Islamic State (IS) diprediksi dapat mengganggu proses perdamaian. PBB mengumumkan hari pelaksanaan perundingan perdamaian Suriah pada Sabtu (26/12). PBB menyatakan perundingan damai akan digelar pada 25 Januari 2016 di Genewa, Swiss. Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura, mengatakan upaya perdamaian telah dilakukan secara intensif selama ini.

Ia berharap pembicaraan 25 Januari mendatang akan dapat melibatkan perwakilan dari faksi-faksi oposisi Suriah. "Kami telah secara intensif berupaya menentukan pembicaraan 25 Januari, semoga perwakilan oposisi bisa mencapai kemungkinan spektrum paling luas," ujar Mistura. Ia menambahkan semua pihak yang terlibat dengan Suriah telah bekerja sama dengan sepenuhnya. Pembicaraan di Genewa, Swiss, tersebut ialah langkah pertama dari ambisi rencana selama 18 bulan yang disokong Dewan Keamanan PBB. Pembicaraan damai tersebut diharapkan dapat mengakhiri perang Suriah yang telah menewaskan 250 ribu orang.

Di sisi lain, pembicaraan damai yang didambakan terancam tertunda dan gagal karena kematian pimpinan kelompok pemberontak Zahran Alloush. Alloush, tokoh pendukung pertemuan damai itu, tewas dalam serangan pesawat yang dilakukan pemerintah Suriah pada Jumat (25/12). Alloush, 44, merupakan komandan kelompok Jaish al-Islam, faksi oposisi dominan di Ghouta Timur. Kelompok tersebut secara tegas menentang rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad dan gencar melakukan perlawanan terhadap IS.

Gagalkan pertemuan
Kematian Alloush berdampak pada proses perdamaian konflik Suriah. Para analis khawatir kematian Alloush justru akan menggagalkan proses perdamaian. Pasalnya, Jaish al-Islam merupakan kelompok yang cukup berpengaruh dalam pembicaraan di Riyadh, Arab Saudi, pada awal bulan ini. Dalam pembicaraan di Riyadh, para perwakilan dari kelompok-kelompok anti-Assad sepakat untuk bernegosiasi dengan rezim. Mereka pun siap membentuk delegasi untuk bertemu Presiden Bashar al-Assad. Andrew Tabler, analis dari Washington Institute for Near East Policy, mengatakan kematian Alloush menyebabkan pemusatan pasukan oposisi lenyap.

"Dia mengisi ruang antara ekstremis dan Pembebasan Tentara Suriah (FSA) yang penting dalam menangkal perluasan IS dalam jangka pendek dan menyatukan pemberontak dan rezim dalam jangka panjang," kata Tabler. Tanpa Alloush, para pejuang Islam antirezim Bashar al-Assad dapat terjebak dalam radikalisasi. Pada akhirnya, mereka pun akan bergabung dengan kelompok IS yang memiliki pasukan yang ditakuti tentara Suriah. Beberapa jam pascakematian Alloush, terkonfirmasi Abu Hamman al-Buwaydani, 40, dipilih sebagai pengganti.

Organisasi Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) menjelaskan Abu Hamman ialah seorang pengusaha dan pejuang dari Douma di Ghouta Timur, Suriah. Tak hanya itu, pascakematian Alloush, rencana evakuasi 4.000 orang di distrik selatan Damaskus pada Sabtu (26/120) turut tertunda. Pemindahan itu termasuk pemindahan kelompok anggota IS  dan Al-Nusra yang berafiliasi dengan Al-Qaeda serta sejumlah warga sipil.(AFP/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik