Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
INGGRIS akan segera memulai fase baru dengan mempersiapkan proses formal keluarnya dia dari Uni Eropa atau yang dikenal dengan 'Brexit.'
Proses itu akan dimulai pada Rabu (29/3) sebagai langkah resmi pertama Inggris meninggalkan Uni Eropa.
Sementara itu, menjelang proses formal tersebut, puluhan ribu orang turun ke jalan-jalan di Kota London untuk memprotes Brexit dan parlemen Skotlandia pada Selasa (28/3) akan mulai mengatur pemilihan untuk melakukan referendum kemerdekaan.
Seperti diketahui, dalam referendum Brexit yang lalu, mayoritas warga Skotlandia memilih untuk tetap berada di bawah Uni Eropa.
Dalam referendum itu, Skotlandia didominasi suara untuk tetap berada di Uni Eropa, dengan perbandingan 62% melawan 38%.
"Hentikan kegilaan ini!" tulis sebuah spanduk raksasa yang diarak dalam pawai menuju kantor parlemen Inggris.
Mengawali proses formal ini, PM Ingrris Theresa May sudah menyurati secara resmi kepada Presiden Uni Eropa Donald Tusk terkait pasal 50 'Perjanjian Uni Eropa' yang menandakan maksud negara itu untuk keluar dari Uni Eropa (UE).
Pasal 50 perjanjian UE membahas bagaimana anggota dapat mengundurkan diri.
Uni Eropa menanggapi surat tersebut pada pekan ini yang kemudian diikuti dengan oleh pertemuan puncak para pemimpin Uni Eropa pada 29 April.
Diperkirakan tiga pekan setelah pertemuan puncak ini proses pembicaraan 'Brexit' akan dimulai dibahas.
Dalam pernyataannya, May mengatakan dia akan menanggapi permintaan kampanye Brexit dengan memotong jumlah imigran Uni Eropa yang pindah ke Inggris, yang jumlahnya mencapai ratusan ribu orang setiap tahun, dan harus menarik Inggris dari pasar tunggal Eropa.
May juga mengatakan agar proses ini dilakukan secara bertahap yang memungkinkan Inggris beradaptasi dengan beberapa pengaturan yang baru.
Namun, ada juga kemungkinan bahwa proses ini akan berlangsung cepat dan Inggris segera dipaksa keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apa pun.
Anand Menon, seorang peneliti di Inggris, mengatakan kemungkinan ini 50% bisa terjadi dan itu berarti Inggris dan Uni Eropa harus berdagang dengan tarif yang lebih tinggi dari sekarang di bawah aturan keanggotaan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Sebuah kesepakatan akan memakan waktu lebih banyak, maka itu hanya butuh itikad baik dan kebijaksanaan dari kedua pihak," katanya.
Para pemimpin bisnis juga telah memperingatkan bahwa ini akan menjadi skenario terburuk. (AFP/Ths/I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved