Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Lam Janjikan Persatuan Hong Kong

Haufan Hasyim Salengke
27/3/2017 04:00
Lam Janjikan Persatuan Hong Kong
(AP/VINCENT YU)

PEMIMPIN baru Hong Kong, Carrie Lam berjanji memperbaiki keretakan politik dan membangun persatuan setelah terpilih menjadi pemimpin di wilayah semiotonomi Tiongkok itu, Minggu (26/3).

Namun, pemilihan Lam dinodai protes aktivis prodemokrasi yang menilai pemilihan itu palsu.

Kandidat pro-Beijing itu menang besar dengan meraup 777 suara dari 1.194 anggota Komite Pemilu.

Dua rival Lam, mantan kepala keuangan John Tsang, 65, meraih 365 suara, dan pensiunan hakim Woo Kwok Hing, 70, dengan hanya 21 suara. Tercatat hanya ada empat suara tidak sah.

Ini menjadikan Lam, 59, perempuan pemimpin eksekutif pertama Hong Kong sejak diserahkan kembali ke Tiongkok oleh Inggris pada 1997.

"Hong Kong, rumah kita, menderita perpecahan cukup serius dan telah mengakumulasi banyak frustrasi. Prioritas saya ialah menghapus perpecahan," ujar Lam dalam pidato kemenangannya.

"Saya juga paham bahwa menjadi pemimpin eksekutif sangat berbeda dari semua posisi lain yang pernah saya emban. Dalam posisi tersebut, peran saya cenderung ke arah menerapkan solusi terhadap suatu masalah," kata dia kepada para pendukungnya.

Lam, mantan pegawai negeri sipil, berjanji untuk menegakkan sistem yang dianut Hong Kong, yakni 'satu negara, dua sistem' dan melindungi nilai-nilai inti, termasuk kebebasan berekspresi dan peradilan yang independen.

Dia juga menepis kekhawatiran berbagai kalangan bahwa Beijing akan memperketat cengkeraman mereka atas Hong Kong.

"Tidak ada perbedaan antara pandangan pemerintah Hong Kong dan otoritas Tiongkok dalam hal menjaga status kota dan kebebasan," tegasnya.

Lam akan memerintah salah satu kota bisnis dan keuangan utama dunia itu selama lima tahun mulai 1 Juli nanti, menggantikan Leung Chun Ying, yang dipandang sebagai boneka Beijing.

Lam adalah wakil Leung yang memilih tidak ikut mencalonkan diri dalam pemilu Hong Kong.

Ia secara luas dilihat sebagai kandidat yang paling disukai Beijing.

Sementara itu, Tsang kandidat yang dianggap lebih moderat dilaporkan tidak mendapat kepercayaan penuh pemerintah pusat meskipun mengantongi popularitas yang tinggi.

Vagi Woo, yang dikenal sebagai kandidat paling liberal, memenangi pemilu ini dipandang sebagai misi yang mustahil.

Diwarnai protes

Pemilu Hong Kong kali ini ialah pertama sejak massa 'Gerakan Payung' yang berunjuk rasa menyerukan pemungutan suara yang bebas pada 2014 gagal mengamankan reformasi.

Sebelum voting dimulai pukul 09.00 waktu setempat, aktivis prodemokrasi melancarkan aksi protes di luar pusat pemungutan suara di Wan Chai serta menuntut hak pilih dan hak-hak universal untuk memilih pemimpin eksekutif kota bisnis itu.

Di antara para demonstran ada aktivis prodemokrasi Joshua Wong yang memilih tidak memberikan suaranya.

Kemenangan kandidat pro-Beijing sudah diprediksi.

Menurut the Guardian, hanya 0,03% dari pemilih terdaftar Hong Kong dapat memberikan suara, dengan Komite Pemilu sebagian besar terdiri atas elite yang setia kepada Beijing.

Mereka yang memiliki hak suara mencakup semua anggota legislatif kota yang berjumlah 70 orang, sejumlah politikus distrik, kelompok bisnis, serikat profesional, bintang pop, pendeta, dan profesor.

"Hasil ini merupakan mimpi buruk untuk Hong Kongers (sebutan untuk warga kota)," ujar Nathan Hukum, seorang legislator prodemokrasi, yang juga tidak memberikan suara.

"Dia (Lam) masih sosok pilihan Beijing," tegasnya. (AFP/The Staits Times/Hym/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya