Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Migran Anak di Australia Alami Pelecehan Ratusan Tahun

MI
01/3/2017 09:07
Migran Anak di Australia Alami Pelecehan Ratusan Tahun
()

INGGRIS melakukan penyelidikan terbuka atas kasus historis pelecehan seksual terhadap migran anak yang dikirim ke Australia setelah Perang Dunia II. Penyelidikan sejak 2014 itu dibuka ke publik pertama kali di International Dispute Resolution Centre London, Senin (27/2) waktu setempat. Fase pembukaan pembahasan kasus itu, bersama dengan Australia, diperkirakan berlangsung selama 10 hari ke depan.

Menurut studi parlemen 1998, Kerajaan Inggris mengirim sekitar 150 ribu anak ke luar negeri selama 350 tahun ke belakang. Praktik itu dibenarkan untuk memotong biaya perawatan anak dan memberikan awal baru bagi anak muda yang kurang beruntung.

Saat itu negara persemakmuran kekurangan tenaga kerja dan lahan era kolonial dipenuhi warga Inggris berkulit putih. Pengiriman dilakukan antara 1945 dan 1970 ke Australia, Kanada, Selandia Baru, dan Zimbabwe dengan kebanyakan tanpa persetujuan dari keluarga mereka.

Mereka dijanjikan pendidikan baik dan kehidupan baru, tapi kenyataannya mereka melakukan kerja paksa dengan perlakuan brutal dan kekerasan seksual di lembaga terpencil yang dijalankan gereja dan badan amal.

Hasil penyelidikan independen menunjukkan adanya penyiksaan, pemerkosaan, dan perbudakan yang dialami ribuan anak yang dikirim ke Australia. "Mereka mengirim kami ke tempat seperti neraka," kata salah satu korban, Clifford Walsh, kepada BBC.

Pebisnis dan penulis buku, David Hill, menangis saat menuturkan pelecehan seksual endemis terjadi di sekolah di Australia tempat dia dikirim. "Saya berharap penyelidikan ini dapat mempromosikan pemahaman tentang konsekuensi jangka panjang dan penderitaan mereka yang mengalami pelecehan seksual," katanya.

"Banyak yang tidak pernah pulih dan secara permanen menderita rasa bersalah, malu, rasa percaya diri yang kurang, rendah diri, rasa takut, dan trauma.

"Nasib yang sama juga menimpa Oliver Cosgrove yang dikirim ke Australia pada 1941 dalam rombongan 5.000-an anak pada 1922-1967. "Mereka yang dianiaya merasa sia-sia saat mencoba memberi tahu orang lain yang dipercaya dapat membantu, tapi ternyata tidak. Itu masalah yang sistematis dan institusional," kata wali Cosgrove.

Aswini Weereratne dari Child Migrants Trust mengatakan ada bukti jelas bahwa Inggris tahu penanganan standar kemiskinan di lembaga pendidikan Australia, tapi gagal meresponsnya. (AFP/Ire/I-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya