Gambia akan Dirombak Total

PRESIDEN baru Gambia Adama Barrow mengatakan akan melakukan perombakan besar-besaran di negara Afrika tersebut setelah 22 tahun berada di bawah pemerintahan otoriter Yahya Jammeh.

Barrow menghadapi tugas berat setelah mengambil alih kepemimpinan dari Jammeh, terutama kondisi ekonomi yang sangat memprihatinkan dan, yang lebih parah, kas negara yang diduga kosong.

Selain tantangan ekonomi, Barrow berhadapan dengan salah satu deklarasi paling kontroversial yang dilakukan Jammeh pada 2015, yang mengatakan Gambia sebagai 'Republik Islam'.

Barrow, sebaliknya, berkeras bahwa negaranya dengan 90% penduduk muslim, dan sebagian lainnya ialah penganut animisme Kristen, ialah sebuah republik, tetapi bukan 'Republik Islam'.

Di bawah kepemimpinan Barrow, para pegawai pemerintah mungkin akan kembali bekerja lima hari sepekan dan membatalkan aturan yang menetapkan Jumat sebagai hari libur nasional sesuai dengan aturan republik Islam yang digagasnya.

"Pemerintah saya akan melihat setiap jalan dan akan ada perombakan total pada sistem yang ada," kata Barrow yang berbicara pada konferensi pers pertamanya sejak tiba kembali dari Senegal, Kamis (26/1).

Ia juga berjanji kabinetnya akan segera disusun pada awal minggu depan. Barrow menambahkan, ia akan menerima informasi komprehensif tentang keadaan keuangan negara.

Sebelumnya, Jammeh dituduh seorang pembantunya telah mengambil US$11 juta dari kas negara sebelum berangkat ke pengasingan di Guinea Ekuatorial. Seorang diplomat Gambia mengatakan negara itu berada dalam keadaan keuangan yang genting.

Sebelumnya, Barrow memilih wakil presidennya, Fatoumata Jallow-Tambajang, yang juga telah menimbulkan kontroversi karena diduga terlalu tua untuk menjadi pejabat publik, menurut aturan konstitusi saat ini. (AFP/Ths/I-2)