Headline
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.
DARI Suriah, Irak, Mali, hingga Afghanistan, kelompok milisi telah menargetkan situs warisan budaya yang tak ternilai harganya sebagai sasaran serangan dan kini harus hancur. Di Suriah, misalnya setelah konflik meletus pada 2011, sudah lebih dari 900 monumen atau situs arkeologi dijarah, dirusak, atau dihancurkan dalam konflik yang melibatkan pasukan rezim pimpinan Presiden Bashar al-Assad dan pasukan pemberontak itu.
Salah satu, misalnya yang terdaftar di UNESCO ialah Palmyra, yang diduduki pasukan IS dari Mei 2015 sampai Maret 2016. Milisi IS menghancurkan dua kuil yang paling penting dan beberapa makam terkenal. Bahkan, dalam kampanyenya, kelompok ini memang menyerukan penghapusan beberapa situs warisan budaya yang paling penting di Timur Tengah. Situs sejarah terkenal lainnya yang ikut rusak atau dijarah ialah Dura-Europos di Suriah Timur, yang dulu dikenal sebagai 'Pompeii dari Padang Pasir', Apamea dan Tal Ajaja.
Namun, IS tidak sendirian dalam penghancuran warisan sejarah ini. Di utara Kota Aleppo, pertempuran pada 2013 menghancurkan sebuah menara Masjid Ummayad yang merupakan warisan dari abad ke-11 dan sangat terkenal di kota ini. Ada juga kerusakan yang luas di sebuah pasar kuno dan benteng karena ledakan pada Juli 2015. "Dua pertiga dari kota kuno Aleppo telah dibombardir dan dibakar," menurut UNESCO. Ada lagi sebuah kastel kuno 'The Crac des Chevaliers' di dekat pusat Kota Homs yang juga rusak akibat pertempuran, dan sebuah museum mosaik terkenal di Maarrat al-Numan yang mengalami kerusakan serupa.
Selain karena penyerangan, anggota pasukan pemerintah juga dituduh telah menjarah berbagai situs sejarah. Di Irak, kelompok IS menyerukan sebuah kampanye 'pembersihan budaya', yang merupakan warisan budaya dari zaman Mesopotamia kuno dan menjualnya melalui 'pasar gelap.' Nimrud, permata Kerajaan Asyur di selatan Mosul, yang didirikan pada abad ke-13, baru-baru ini direbut kembali dari IS oleh pasukan Irak setelah mengalami kehancuran.
Sebuah video yang dirilis pada 2015 menunjukkan pasukan IS menggunakan buldoser dan bahan peledak untuk menghancurkan Nimrud, dan menjarah harta yang ada di museum-museum yang banyak menyimpan barang-barang bersejarah. Mereka juga menyerang Hatra, sebuah situs Romawi kuno di Provinsi Nineveh Utara. Hancurnya warisan sejarah juga terjadi di Mali, di kota gurun Timbuktu, yang dijuluki 'Kota 333 Orang Kudus' dan ditunjuk UNESCO pada 2012 sebagai situs warisan dunia yang sedang dalam kondisi bahaya.
Daerah ini juga diserang selama berbulan-bulan oleh kelompok garis keras yang bertekad memaksakan penerapan hukum Islam secara brutal. Pada Juni 2012, gerilyawan Al-Qaeda menghancurkan 14 dari makam bersejarah di kota ini, termasuk situs sejarah yang bisa menjadi cerita struktur zaman keemasan Timbuktu pada abad ke-15 dan ke-16 yang ketika itu ialah pusat ekonomi, intelektual, dan spiritual.
Berlanjut ke Libia, beberapa makam telah dihancurkan kelompok ekstremis sejak Moammer Kadhafi digulingkan pada 2011. Pada Agustus 2012, kelompok garis keras meledakkan makam Sheikh Abdessalem al-Asmar di kota barat Zliten. Pada 2013, diduga kelompok ekstremis menyerang makam Murad Agha dari abad ke-16 di dekat Tripoli. Di Afghanistan, pada Maret 2001, pemimpin Taliban Mullah Omar, yang meninggal pada 2013, memerintahkan penghancuran dua patung Buddha yang berusia 1.500 tahun di kota timur Bamiyan karena mereka dianggap anti-Islam. Di Aljazair, pada 1990-an kelompok-kelompok garis keras juga menghancurkan tempat-tempat suci yang mempunyai nilai sejarah tak ternilai.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved