Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Aksi Melindungi Situs Warisan Dunia

Haufan Hasyim Salengke
06/12/2016 00:45
Aksi Melindungi Situs Warisan Dunia
(AP Photo/Maya Alleruzzo)

DALAM sejumlah video yang beredar selama ini, tampak kelompok ekstremis Islamic State menghancurkan kota kuno Nimrud, ibu kota kerajaan Assyria yang dibangun pada abad ke-13 sebelum masehi, dan menjarah harta tak ternilai masa pra-Islam di Museum Mosul, Irak. Setelah pasukan Irak merebut kembali kota kuno di selatan Mosul itu dari kelompok militan IS bulan lalu, mereka menemukan sejumlah relief hancur berkeping-keping. Dalam merespons aksi penghancuran itu dan melindungi artefak dan situs warisan, perwakilan dari berbagai negara bertemu di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Jumat (2/12).

Mereka membahas pembentukan yayasan dana US$100 juta (Rp1,3 triliun) untuk melindungi dan memulihkan situs warisan terancam oleh ekstremisme dan konflik. Konferensi selama dua hari itu merefleksikan meningkatnya kekhawatiran masyarakat internasional atas penghancuran artefak kuno oleh kelompok militan Islamic State (IS) menggunakan palu godam, buldozer, dan bahan peledak di Suriah dan Irak. Prancis dan Uni Emirat Arab (UEA) adalah insiator konferensi.

Tujuannya untuk membangun kemitraan internasional yang bisa merespons bahaya seperti yang ditimbulkan kelompok militan IS terhadap seluru situs kuno di Irak dan Suriah. Delegasi dari sekitar 40 negara, termasuk puluhan kepala negara dan beberapa raja Teluk, menghadiri pertemuan. Lima pemenang hadiah Nobel-Aung San Suu Kyi, Kofi Annan, Ellen Johnson Sirleaf, Orhan Pamuk, dan Mario Vargas Llosa, bergabung dengan para perwakilan dari berbagai negara.

Pada malam pertemuan itu, para pemenang hadiah Nobel melontarkan permohonan aksi segera untuk melindungi situs warisan dunia. Mereka merujuk ke kerusakan dapat diperbaiki atas sejumlah warisan kuno di Irak, Suriah, Afghanistan, dan Mali. "Bagian dari sejarah kita telah hilang selamanya, dengan tujuan fanatisme melemahkan harapan kita untuk masa depan," kata mereka.

"Tindakan yang mendesak harus diambil, masa melontarkan kecaman dan ekspresi tak berdaya sudah berakhir," tambah para menenang hadiah Nobel. Forum meja bundar itu fokus pada tiga tema-pencegahan, perlindungan darurat, dan rehabilitasi pasca konflik. Konferensi itu memutuskan pembentukan sebuah yayasan yang akan bermarkas di Jenewa, Swiss. Yayasan itu akan dibentuk pada 2017 sebagai 'badan hukum independen'.

Zona perlindungan
Salah satu tujuan konferensi itu ialah untuk membangun 'zona perlindungan' di seluruh dunia untuk melindungi karya seni langka. Kemitraan yang diusulkan dalam kampanye penyelamatan situs warisan kuno ini akan mencakup pemerintah, lembaga-lembaga publik, kelompok swasta, organisasi nonpemerintah, dan para pakar. Direktur United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO) Irina Bokova dalam presentasi pembukaan menyampaikan, sebanyak 55 dari total 1.052 situs peninggalan di seluruh dunia masuk dalam daftar terancam.

Dari sejumlah penghancuran, forum membahas salah satunya, pembongkaran kuil-kuil dan makam kota kuno Palmyra oleh IS selama dua tahun terakhir di Suriah dan koleksi tak ternilai di Museum Mosul di Irak. Belum lagi aksi penghancuran patung Buddha kuno Bamiyan oleh Taliban di Afghanistan pada 2001 dan perusakan makam dan manuskrip kuno di Timbuktu pada 2012-2013 oleh milisi Ansar al-Dine di Mali.

Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed Al-Nahyan yang negaranya menjadi kontributor utama untuk pendanaan, dan Presiden Prancis Francois Hollande menyampaikan pidato penutupan dalam pertemuan pada Sabtu (3/12). "Apa yang harus kita lakukan hari ini, dan apa yang telah kita berhasil lakukan, adalah memastikan masa depan apa yang berharga bagi umat manusia," kata Hollande kepada para pejabat dalam pertemuan.

"Ini sudah terlambat."
Prancis menyatakan inisiatif itu merupakan 'penyeimbang budaya' dari perang militer dan politik internasional terhadap terorisme. Mantan Menteri Kebudayaan Prancis, Jack Lang mengatakan, forum itu akan mengambil 'keputusan konkret' seperti pembentukan lembaga dana untuk membantu menutupi biaya transportasi, menjaga, dan memulihkan monumen yang terkena dampak, termasuk menggunakan rekonstruksi 3D.

"Prancis akan memberikan kontribusi US$30 juta untuk yayasan," ujar pria yang kini mengepalai Institut du Monde Arabe di Paris tersebut. Hollande yang telah menyerukan 'hak suaka untuk artefak', bulan lalu mengumumkan bahwa fasilitas penyimpanan akan dibuka di utara Prancis pada 2019. Selain untuk menyediakan tempat penyimpanan untuk koleksi Museum Louvre, fasilitas itu juga bisa menjadi tempat perlindungan bagi karya seni yang terancam punah. Prancis disebut-sebut akan membuat proposal tersebut selama konferensi Abu Dhabi. "Louvre Abu Dhabi, yang pembukaannya tertunda, juga bisa menjadi zona perlindungan untuk artefak terancam," kata seorang pejabat Prancis. (AFP/I-3



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik