Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
DI hadapan puluhan ribu warga Kuba yang berkumpul di sebuah alun-alun di Kota Santiago de Cuba, Sabtu (3/12) waktu setempat, Presiden Raul Castro berjanji untuk mempertahankan warisan sosialis saudaranya, Fidel Castro, yang meninggal pekan lalu di usia 90.
Acara itu dihadiri beberapa pemimpin asing, termasuk sekutu kiri Kuba di Amerika Latin seperti dari Venezuela, Bolivia, dan Nikaragua. Hadir pula legenda sepak bola Argentina Diego Maradona.
"Mereka menelepon saya dari Buenos Aires dan itu mengejutkan mengetahui pemimpin revolusi bersejarah yang berusia 90 tahun itu telah wafat," kata Maradona kepada wartawan di Zagreb, tempat menyaksikan pertandingan final Piala Davis antara Argentina dan Kroasia, Minggu, 27 November 2016 saat mengetahui kematian Castro kala itu.
"Saya sangat sedih karena dia seperti ayah kedua," katanya melanjutkan.
Maradona menghabiskan waktu di Kuba pada beberapa kesempatan, antara lain saat menjalani proses rehabilitasi atas penyalahgunaan obat-obatan.
Dia kemudian bertemu dengan Castro dalam beberapa kesempatan dan menyatakan kekaguman kepada pemimpin revolusi Kuba 1959 tersebut.
Sementara itu, Menteri Lingkungan Prancis Segolene Royal, yang hadir dalam upacara penghromatan Fidel, menyatakan akan memperjuangkan catatan HAM Fidel atas upaya pembunuhan yang dilakukan Amerika Serikat dan rezim yang ditumbangkan waktu itu.
"Terima kasih kepada Fidel Castro, rakyat Kuba mengklaim kembali wilayah mereka, hidup mereka, nasib mereka. Mereka terinspirasi oleh revolusi Prancis tanpa mengalami teror yang terjadi selama revolusi Prancis," tandasnya.
Ditanya tentang pelanggaran hak asasi manusia yang dikecam oleh PBB dan pembangkang, Royal mengatakan Kuba memiliki ‘kebebasan beragama’ dan ‘kebebasan hati nurani’. Ia mengakui akan selalu ada momen ‘positif dan negatif’ dalam sejarah.
Abu Fidel telah sampai di Santiago de Cuba, titik pemberhentian tersakhir sebelum upacara pemakaman Minggu (4/12). Kota itu merupakan tempat ia memulai gerakan revolusi yang menumbangkan rezim diktator Felgencio Batista pada 1959.
Tentang pelanggaran hak asasi manusia yang dikecam oleh PBB dan pembangkang, Royal mengatakan Kuba memiliki ‘kebebasan beragama’ dan ‘kebebasan hati nurani’. Ia mengakui akan selalu ada momen ‘positif dan negatif’ dalam sejarah. AFP/BBC/OL-2
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved