Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
MALAYSIA menilai perlakuan yang diterima minoritas Muslim Rohingya di Myanmar sebagai "pemusnahan etnis," menyusul munculnya sejumlah laporan aksi kekerasan dan tuduhan potensi pelanggaran hak asasi manusia di negara tersebut.
Negeri Jiran mengeluarkan pernyataan tersebut menjelang parade solidaritas di Kuala Lumpur, yang akan dipimpin Perdana Menteri Najib Razak.
Pemerintah Myanmar sebelumnya telah mengingatkan Malaysia akan kebijakan Asosiasi Negara-Negara Timur Tengah (ASEAN), bahwa sesama negara anggota tidak seharusnya mencampuri urusan dalam negeri masing-masing.
"Fakta bahwa hanya ada satu etnis yang diperlakukan kasar adalah definisi dari pemusnahan etnis," ucap pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Malaysia, seperti dikutip Independent, Sabtu (3/12).
"Kondisi ini harus berhenti, dan harus segera dihentikan untuk mengembalikan keamanan dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara," lanjutnya.
Kemenlu Malaysia mengatakan karena ratusan ribu Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar dalam beberapa tahun terakhir, kondisi memprihatinkan ini telah menjadi perhatian internasional.
Sikap dan perkataan Malaysia terhadap Myanmar semakin keras dalam merespons aksi kekerasan di Rakhine, di mana berlangsung operasi militer negara dalam membasmi militan.
Serangkaian foto satelit memperlihatkan ratusan bangunan yang dibakar di beberapa desa di Rakhine. Skala sebenarnya dari kerusakan di Rakhine sulit ditentukan karena larangan ketat dari pemerintah.
Konvoi mantan Sekjen PBB Kofi Annan tiba di desa Wapeik, Rakhine, pada Sabtu. Desa tersebut terlihat rusak parah akibat pembakaran.
Seorang fotografer AFP di lokasi melaporkan polisi menghentikan jurnalis non-pemerintah untuk mendekati konvoi Annan atau masuk ke Wapeik. MTVN/OL-2
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved