Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
LIONTIN emas ini ditemukan pada 1930 di pemakaman Chrysolakkos, yang berarti “lubang emas”, di kota kuno Minoa, Malia, Kreta. Arkeolog ternama Sir Arthur Evans menafsirkan perhiasan itu sebagai gambaran seekor lebah. Namun, identitas serangga pada liontin tersebut dan makna desainnya masih diperdebatkan hingga hampir satu abad.
Menurut Museum Arkeologi Heraklion di Kreta, tempat di mana liontin itu dipamerkan, benda tersebut memiliki panjang 4,6 sentimeter dengan berat 5,5 gram, kurang lebih setara dengan uang koin seperempat dolar AS. Ketika pengrajin emas kuno membuatnya, ia memadukan berbagai teknik seperti filigri, granulasi, repoussé, dan ukiran hias yang indah sehingga menghasilkan sebuah karya yang dinobatkan oleh museum sebagai “mahakarya seni miniatur Minoan”.
Liontin ini menampilkan dua serangga yang saling berhadapan, dengan kepala dan perut yang menyatu serta sayap yang terbentang ke arah belakang. Masing-masing serangga tampak memegang rangkaian manik-manik emas berbentuk konsentris. Dari bagian sayap dan perut yang menyatu tersebut, menjuntai tiga cakram kecil.
Beberapa peneliti berpendapat bahwa perhiasan ini melambangkan lebah madu Eropa (Apis mellifera) ketika tengah memproduksi madu. Mereka berpendapat, hal itu terlihar dari posisi lebah yang sekaan memegang sarang madu serta terlihat adanya setetes madu di mulutnya.
"Madu dan lilin merupakan elemen penting dalam perekonomian Minos," menurut Museum Arkeologi Heraklion, "sementara lebah juga tampaknya merupakan simbol keagamaan Minos yang penting."
Namun, sekelompok peneliti yang dipimpin oleh ahli botani E. Charles Nelson dalam studinya tahun 2021 yang menilai bahwa penafsiran tersebut kurang tepat karena tidak memperhitungkan tiga lingkaran yang menggantung pada liontin. Menurut mereka, lingkaran tersebut kemungkinan melambangkan buah harwort Mediterania (Tordylium apulum), yakni sejenis herba umum yang ditemukan di Kreta dan menghasilkan buah berbentuk cakram kecil dengan pinggir yang berbintik.
Jika cakram itu memang melambangkan buat harwort Mediterania, maka serangga pada liontin kemungkinan bukan lebah, melainkan tawon mamut (Megascolia maculata). Peneliti berpendapat, posisi serangga pada liontin menyerupai cara tawon mamut saat hinggap di bunga dan mencengkram bagian penghasil serbuk sari, melingkarkan perutnya, dan membentangkan sayapnya ke bagian belakang.
Apa yang sebenarnya ingin ditampilkan oleh pengrajin emas kuno lewat liontin ini masih menjadi misteri. Meski begitu, para ahli sepakat bahwa pembuatnya memiliki keahlian yang luar biasa dalam mengolah emas. (Live Science/Z-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved