GERAI Al Safwa Jewelry di Riyadh, Arab Saudi, lebih ramai ketimbang biasanya, Kamis (19/2) itu. Pemilik toko itu, Ali Bin Ali, 32, mengaku kewalahan melayani banyaknya pembeli.
"Bonus dari raja baru saja dibayarkan. Jadi, semua orang berbelanja," kata Ali.
Raja Salman yang naik takhta sepeninggal Raja Abdullah, bulan lalu, mengumumkan pemberian bonus bagi warga, termasuk hibah untuk asosiasi profesional, klub olahraga, juga bonus senilai dua kali gaji sebulan untuk pegawai pemerintah, tentara, pensiunan, dan tunjangan mahasiswa.
Dari 5,5 juta tenaga kerja di Arab Saudi, 3 juta ialah pegawai pemerintah. Gaji rata-rata pegawai pemerintah, menurut John Sfakianakis, direktur perusahaan investasi kawasan Timur Tengah, Ashmore Group, berkisar US$2.400 (Rp30,4 juta) sebulan.
Perkiraannya, bonus yang digelontorkan Raja Salman mencapai lebih dari US$32 miliar (sekitar Rp408,3 triliun). Sebagai perbandingan, jumlah itu sekitar sepertiga cadangan devisa Indonesia yang jumlahnya US$111 miliar.
Maka, rakyat Arab Saudi pun berbelanja. Mereka membeli ponsel terkini, tas mewah, bepergian ke luar negeri, melunasi utang, serta menghadiahi orangtua mereka perhiasan emas.
Bagi Noura Al Ammar, 19, bonus itu menunjukkan Raja Salman hendak berbagi kekayaan negara dengan rakyat.
"Itu menunjukkan dia peduli pada kami dan kami pun peduli padanya. Saya cinta Sang Raja," ucapnya.
Penjualan pun meningkat di mana-mana. Di Al Safwa Jewelry tadi misalnya, penjualan meningkat tiga kali lipat sejak pemberian bonus diumumkan akhir bulan lalu. Sementara itu, Abdulrahman Al Sanidi, pemilik toko perlengkapan kemping di Buraida, Riyadh Utara, mengaku penjualannya naik 30%.
Pemberian bonus juga dinilai sebagai pengalih perhatian dari maraknya ancaman kelompok ekstremis di Timur Tengah, sebutlah Islamic State. "Bagus juga kita memikirkan hal selain ancaman ektremisme!" ucap Fahad Al Harthy, 27, pemrogram komputer, sembari mengamati jam tangan berlapis berlian yang dia beli untuk istrinya. (NY Times/NBC News/I-2)