Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Myanmar Dituding Lakukan Pembersihan Etnis

Thomas Herming Suwarta
25/11/2016 21:05
Myanmar Dituding Lakukan Pembersihan Etnis
(AFP PHOTO / MUNIR UZ ZAMAN)

KEPALA Badan Pengungsi PBB (UNHCR) John McKissick menegaskan bahwa Myanmar telah melakukan tindakan brutal "pembersihan etnis" Muslim Rohingya. Berbagai laporan yang masuk, kata dia, terutama dari ribuan korban yang terpaksa mengungsi ke Bangladesh menyebutkan, berbagai tindakan tidak manusiawi seperti pemerkosaan, penyiksaan, dan pembunuhan dilakukan terhadap etnis Rohingya.

Setidaknya 30 ribu warga komunitas etnis Rohingya meninggalkan rumah mereka di Myanmar untuk melarikan diri dari rentetan kekerasan yang berlangsung. "Mereka dibunuh, ditembak, diperkosa, rumah-rumahnya dibakar, dijarah dan memaksa mereka keluar dari Myanmar dengan menyeberangi sungai ke Bangladesh," kata John, seperti dikutip AFP, Jumat (25/11).

Di sisi lain, Dhaka, Ibu Kota Bangladesh enggan membuka perbatasan mereka sebagai pintu masuk gelombang pengungsi etnis Rohingya tersebut. "Sangat sulit bagi pemerintah Bangladesh untuk mengatakan bahwa perbatasan negara terbuka karena hal ini justru akan mendorong pemerintah Myanmar melanjutkan kekejaman mereka sehingga tujuan pembersihan etnis minoritas Muslim di Myanmar tercapai," lanjut John.

Sementara itu Juru Bicara Presiden Myanmar Htin Kyaw mengecam langkah yang diambil PBB. '' Saya ingin mempertanyakan profesionalisme dan etika yang harus diikuti dan dihormati oleh staf PBB. Dia harus berbicara berdasarkan fakta-fakta konkret dan benar, ia tidak bisa asal-asalan membuat tuduhan," tegas Zaw Htay kepada AFP.

Tudingan ini memang bukan kali pertama. Sebelumnya pada April 2013 Human Rights Watch juga sudah mengatakan hal yang sama bahwa apa yang terjadi di Myanmar adalah pembersihan terhadap etnis Rohingya; hal yang dibantah Presiden Thein Sein sebagai "kampanye hitam" terhadap Myanmar.

Fakta yang diperoleh di lapangan menyebutkan memang terjadi penderitaan pada komunitas Rohingya. Misalnya pengalaman Mohammad Ayaz yang menceritakan bagaimana tentara menyerang desanya dan membunuh istrinya yang sedang hamil. Sambil menggendong anaknya yang masih berumur dua tahun, ia mengatakan tentara menewaskan sedikitnya 300 orang di pasar desa dan puluhan wanita diperkosa sebelum membakar sekitar 300 rumah dan toko.

"Mereka menembak mati istri saya, Jannatun Naim. Dia tengah hamil tujuh bulan.Saya terpaksa bersembunyi dengan anak saya sebelum melarikan diri," kata Ayaz.

Ia menambahkan, banyak dari warga etnis Rohingya yang berupaya mencari perlindungan dengan menempuh perjalanan kaki selama berhari-hari atau menggunakan sampan seadanya untuk menyeberang ke Bangladesh.

Menurut data yang dihimpun PBB, Myanmar menganggap kelompok Muslim Rohingya sebagai imigran ilegal dan menyebut mereka "Bengali", meskipun mereka telah tinggal di sana selama beberapa generasi. Di sana, mayoritas hidup dalam kemiskinan karena segala sesuatunya dibatasi, termasuk kesempatan bekerja.OL-2



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya