Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Kurang Saling Memahami di Kompleks Suci

AFP/Haufan Hasyim Salengke/I-1
06/10/2015 00:00
Kurang Saling Memahami di Kompleks Suci
(AFP/AHMAD GHARABLI)
DI Kota Tua Jerusalem, pada Minggu (4/10) lalu, warga Palestina dan Yahudi Israel tengah marah membicarakan ketakutan dan prospek intifada baru.

Beberapa orang berusaha untuk mengusir rasa takut itu, sedangkan warga Palestina lainnya melihat itu sebagai sesuatu yang nyata akan terjadi.

Sementara itu, orang-orang Yahudi justru menyatakan itu sudah pernah terjadi sebelumnya.

Antara kedua bangsa itu tebersit kesan kurangnya rasa saling memahami meskipun mereka hidup hanya terpisah oleh jalan-jalan dalam dinding-dinding kuno yang sama.

Western Wall atau Tembok Ratapan dikunjungi puluhan ribu warga selama hari-hari suci Yahudi yang puncaknya jatuh pada beberapa minggu terakhir.

Dinding itu berada di kaki dataran tinggi yang melingkupi kompleks Al-Aqsa.

Kompleks suci itu pula yang didatangi komunitas muslim dalam jumlah sama pada periode yang sama.

Situasi kompleks Al-Aqsa, yang sama-sama dihormati baik oleh kalangan Yahudi maupun muslim, kian memanas setelah tentara Israel memasuki area tersebut untuk mengusir pemuda Palestina yang terlibat bentrok dengan aparat keamanan.

Israel telah menutup akses Kota Tua untuk semua orang selain beberapa orang Palestina yang tinggal atau bekerja di sana.

Langkah itu membuat komunitas muslim dan Kristen tidak bisa mengakses Masjid Al-Aqsa dan Gereja Holy Sepulchre. Polisi berjaga di setiap sudut.

"Tidak ada yang tidur sejak semalam," kata salah satu dari tiga warga Palestina, yang meminta untuk tidak diidentifikasi.

"Kita hidup dalam ketakutan. Kita tahu bahwa setiap saat para pemukim bisa datang untuk menyerang kita."

Dia mengacu pada amukan ekstremis Yahudi di sebuah pusat perbelanjaan di luar tembok-tembok kota setelah insiden penusukan seorang rabi, Sabtu (3/10).

Di sana massa menuntut pembalasan dengan memburu warga Palestina.

"Intifada dimulai karena warga Israel telah benar-benar membuat orang tidak tahan hingga mengamuk," kata warga tadi.

Menurut warga bernama Abu Hassan, 53, penutupan akses ke Kota Tua Jerusalem berarti, "Israel tidak menunjukkan niat bahwa mereka menghendaki perdamaian."

Sebaliknya, warga Yahudi Israel bernama Yaki Saada, 60, mencetuskan, "Bagaimana kita bisa bicara soal perdamaian setelah insiden yang terjadi kemarin itu?"

Subhiyeh Abu al-Hijjeh, perempuan muslim dari Israel Utara, berpendapat peristiwa terbaru merupakan bagian dari upaya untuk membela Al-Aqsa.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik