RUSIA dan Amerika Serikat (AS) sepakat untuk menggelar pertemuan darurat militer guna mengurangi risiko bentrokan pasukan militer kedua negara.
Pasalnya, pada Rabu (30/9), Rusia untuk pertama kalinya memasuki area perang di Suriah.
Itu memang merupakan serangan militer pertama Rusia di luar negaranya sejak serangan ke Afghanistan pada 1979.
Namun, AS menuduh Rusia justru menyerang kelompok pemberontak penentang kepemimpinan Presiden Suriah Bashar al-Assad dengan berkedok bertujuan memberantas kelompok Islamic State (IS) yang telah menguasai sejumlah wilayah di Irak dan Suriah.
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS John Kerry dan Menlu Rusia Sergei Lavrov tampil bersama di sela-sela sidang majelis umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di kantor pusat PBB, New York, AS.
Keduanya menyatakan akan mengupayakan perundingan penyelesaian konflik dan telah merancang proposal untuk kembali merilis proses perdamaian politik Suriah.
"Kami sepakat untuk melakukan hal penting ini secepatnya, yakni melangsungkan pembicaraan menyudahi konflik antarmiliter," kata Kerry.
Menteri Pertahanan AS, Ash Carter, berpendapat kedatangan Rusia ke Suriah yang dilanda perang saudara selama empat tahun itu bisa justru berbalik menyerang dan memperpanjang konflik.
"Sepertinya mereka berada di area yang tidak ada pasukan IS," kata Carter.
Di hadapan Dewan Keamanan PBB, Menlu Kerry menyatakan AS akan kecewa jika Rusia justru menewaskan pasukan yang anti-IS dan bukan IS atau Al-Qaeda.
Prancis juga menyerukan keraguan serupa dengan menganggap serangan Rusia hanya bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan Al-Assad.
Sangkalan Serangan perdana Rusia di Homs, Suriah, yang dilakukan Rabu (30/9) juga dilaporkan menewaskan warga sipil.
"Rusia menyerang Homs bagian Utara dan menewaskan 36 orang tak bersalah yang melawan ekstremis," kata Khaled Khoja, Ketua Koalisi Nasional sokongan Barat yang termasuk kelompok oposisi pemerintahan Suriah.
Rusia lantas menyangkal tuduhan itu. Menlu Rusia Sergei Lavrov menjelaskan serangan itu merupakan respons permintaan Suriah untuk melawan kelompok ekstremis IS dan kelompok yang dicap teroris lainnya.
"Rumor yang menyebut bahwa target serangan udara Rusia bukanlah posisi IS itu tidak beralasan," ujar Lavrov.
Ia menambahkan militer Rusia hanya menyasar kelompok teroris dan Rusia meminta pihak AS menarik tuduhan mereka jika tidak disertai bukti yang jelas.
"Pembicaraan dimulai dengan kabar bahwa warga sipil terluka akibat serangan udara. Kami tidak punya data tersebut. Kami berhati-hati agar memastikan (serangan) tepat sasaran," kata diplomat Rusia yang komentarnya juga dirilis Kementerian Luar Negeri Rusia.
Namun, kemarin, menurut sumber di Suriah, Rusia juga melancarkan serangan terbaru dan mengenai basis-basis kekuatan koalisi pemberontak Suriah, Army of Conquest, yang di antaranya termasuk kelompok afiliasi Al-Qaeda di Suriah barat laut.
Padahal, koalisi Army of Conquest itu justru anti-IS, sedangkan Rusia sedianya menargetkan IS. (AFP/I-1)