SAAT matahari bersinar, para sopir Kroasia rutin melaksanakan tugas antar-jemput wisatawan dan anak sekolah.
Namun, pekerjaan yang dilakukan siang hari tersebut tinggal kenangan.
Kini, para sopir itu harus melaksanakan tugas saat matahari telah terbenam.
Mereka tidak lagi membawa para wisatawan atau anak-anak sekolah.
Namun, para penumpang yang mereka bawa ialah para imigran yang jumlahnya mencapai ribuan orang.
Pada badan bus yang dikendaraai para sopir tersebut tertera tulisan 'Angkutan Sementara'.
Para sopir yang bekerja malam hari mengaku kelelahan.
Selain jumlah penumpang yang banyak, waktu istirahat selama sepekan pun hampir tidak ada.
"Menunggu!," ucap Domagoj Majstorovic, seorang sopir yang matanya tampak memerah karena kurang tidur.
"Menunggu merupakan bagian tersulit dari semuanya," tambah Majstorovic yang raut wajahnya terlihat kesal.
Majstorovic tengah menunggu para imigran di Baranjsko Petrovo Selo, sebuah wilayah di Kota Baranja, Kroasia, yang menjadi pos perbatasan dengan wilayah Hongaria.
Para pengungsi yang datang ke Baranjsko berasal dari tempat penampungan yang berada di daerah yang berbatasan dengan Serbia.
Sebagai sopir, Majstorovic tidak bisa seenaknya membawa bus.
Sebelum naik ke bus yang dibawanya, para pengungsi satu per satu diperiksa polisi Hongaria.
"Setelah itu, baru mereka (para pengungsi) bisa keluar dari Hongaria menuju Kroasia," jelasnya.
Tugas yang diemban Majstorovic jauh lebih berat ketimbang saat menjadi sopir bus wisatawan dan anak-anak sekolah.
"Saya bangun dan bekerja mulai pukul 05.00 dan hingga tengah malam ini saya belum pulang. Saya melakukan pekerjaan selama lima hari berturut-turut," paparnya.
Bagi Majstorovic, membawa kendaraan bus telah menjadi bagian hidupnya. Pengalamannya mengendarai bus tidak diragukan lagi.
"Kami sudah biasa mengemudi, dan itu bukan masalah bagi kami di sini," katanya.
Namun, membawa bus pada malam hari serta mengendarai selama lima hari secara berturut-rurut jelas bukan pekerjaan mudah.
"Bayaran yang saya terima memang menggiurkan karena ini jam malam," ujar Majstorovic. .
Kendati bayaran yang diterimanya jauh lebih besar, raut wajah Majstorovic tak berseri-seri.
"Yang kami dengar, ada 2 juta imigran di penampungan di Turki, dan jika mereka semua kemari...," ucap Majstorovic.
Namun, Majstorovic dan sopir lainnya mengaku bangga bisa membantu para pengungsi.