LEWAT sebuah serangan yang mengejutkan, Taliban merebut Kota Kunduz di Afghanistan dari pasukan pemerintah, Senin (28/9).
Tentara Afghanistan yang mendapat pelatihan dari NATO hengkang dari kota kunci rute perdagangan tersebut.
Penduduk Kunduz pun panik.
Sejumlah laporan menyebut anggota milisi Taliban menjarah US$8 juta (Rp116 miliar) dari cabang bank sentral Afghanistan di Kunduz, juga jutaan lain dari brankas bank komersial.
Uang miliaran itu dibawa kabur dengan sejumlah kendaraan militer dan polisi sitaan Taliban.
Saat Kunduz diduduki Taliban, wakil kepala bank sentral di Kunduz, Khan Afzal Hadawal, mengaku, "Kami membawa uang tunai US$9 juta dan 132 juta afghani (mata uang Afghanistan, setara US$2.058.645). Kami meninggalkan sejumlah uang, tetapi itu uang lama yang nilainya setara dengan 32 juta afghani."
Fatima Aziz, anggota parlemen untuk Kota Kunduz, yang berada di Kabul ketika Taliban menyerang mengatakan, "Orang-orang di Kunduz membutuhkan roti, air, dan listrik. Selama 72 jam mereka tanpa makanan. Saya minta kepada Taliban, kalian telah mengambil kota, sekarang jangan membunuh penduduk. Jangan menjarah rumah."
Pendudukan Taliban itu juga membuat ratusan warga Kunduz melarikan diri.
Seorang warga menceritakan Taliban membentuk unit-unit kecil untuk melakukan razia dari rumah ke rumah.
"Mereka memiliki daftar nama-nama pejabat pemerintah dan komandan milisi yang mereka cari. Mereka juga mencari senjata," ujar warga itu.
Seorang warga perempuan berusia 59 tahun juga mengisahkan Taliban menjarah sapi-sapi yang menjadi tumpuan hidup keluarganya.
Dua cucunya terluka parah akibat roket yang ia tidak tahu asalnya.
Di pusat Kunduz, orang-orang menggotong anggota keluarga yang terluka ke rumah sakit utama yang saat itu pun berada di bawah kendali Taliban.
Apotek dan toko roti tutup, harga roti meroket tiga kali lipat.
Jalan-jalan kosong dan pasar tidak beroperasi.
"Taliban meminta kita membuka kembali toko-toko, tapi peluru beterbangan di mana-mana. Tak seorang pun ingin membuka kembali toko-toko mereka," ujar seorang pemilik toko.
Serangan Taliban pun menyebabkan listrik terputus.
Stasiun televisi lokal dan empat stasiun radio ditutup.
Menurut Umer Daudzai, bekas menteri dalam negeri pada pemerintahan mantan Presiden Hamid Karzai, Kunduz jatuh bukan karena Taliban semakin kuat.
"Melainkan karena Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan (ANSF) tidak efektif memimpin. Para komandan yang cakap dilemahkan oleh struktur paralel baru atau sentralisasi yang berlebihan."