Headline

PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menetapkan tarif impor baru untuk Indonesia

Fokus

MALAM itu, sekitar pukul 18.00 WIB, langit sudah pekat menyelimuti Dusun Bambangan

Obama Beri Merkel Sinyal

MI
18/11/2016 07:50
Obama Beri Merkel Sinyal
(AP/POOL/MICHAEL KAPPELER)

PRESIDEN Amerika Serikat Barack Obama bertemu Kanselir Jerman Angela Merkel dalam kunjungan perpisahan. Merkel mulai dilirik sebagai standar baru sosok demokrasi liberal sejak terpilihnya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat berikutnya.

Dalam kunjungan Eropa terakhirnya itu, Obama mencoba meredam kekhawatiran akan masa depan kerja sama transatlantic dan berterima kasih kepada Merkel atas hubungan persahabatan selama dua periode lalu.

Sejak kemenangan Trump yang mengejutkan, Merkel sebagai pemimpin negara berkekuatan ekonomi teratas di Eropa tersebut menunjukkan niat untuk menjaga hubungan erat dengan Washington.

Namun, dengan perubahan tradisi bagi Jerman yang selama ini menganggap AS sebagai pelindung dan rekan terdekat, Merkel langsung mengatakan kerja sama mereka harus berdasarkan prinsip demokrasi dan menghargai nilai kemanusiaan.

Para analis mengatakan pertemuan terlihat seperti penyerahan 'obor' dari Obama kepada Merkel yang dianggap sebagai rekan terdekat internasional baginya. Dengan selesainya masa jabatan Obama, banyak pengamat menyebut Merkel sebagai pelindung nilai-nilai Barat yang diharapkan terus bertumbuh hingga empat tahun ke depan.

"Banyak masa depan Eropa bergantung pada kuatnya kepemimpinan Jerman yang dapat mendorong kemajuan," ungkap Direktur Dewan Hubungan Luar Negeri Jerman Daniela Schwarzer.

Obama dan Merkel membahas kerja sama yang sudah berjalan atas dasar nilai-nilai bersama tentang perubahan iklim, mengukuhkan pertahanan bersama dengan NATO, dan mempromosikan perdagangan bebas.

'Nilai-nilai demokrasi ini, keadilan dan kebebasan, membentuk dasar dari ekonomi kita yang sukses. Kami berutang kepada industri dan rakyat kami, termasuk komunitas global, untuk memperluas dan memperdalam kerja sama', tulis majalah bisnis Jerman, Wirtschaftswoche.

Obama bergantung pada kekuasaan Merkel di Eropa sejak lama untuk meredam konflik Ukraina, masalah pengungsi Suriah, dan promosi perdagangan bebas. Keduanya dekat sejak 2005 dan semakin dekat ketika kampanye Obama di Berlin pada 2008 tentang dunia tanpa nuklir.

Rakyat Jerman mengaku lebih senang saat Obama terpilih menjadi presiden AS ketimbang Trump saat ini. "Saat itu rasanya sedikit seperti saat tembok Berlin dihancurkan. Namun, sekarang dengan terpilihnya Trump, lebih banyak khawatir karena tidak tahu apa yang akan dia lakukan dan inginkan," ungkap karyawan berusia 54 tahun, Thomas Schmidt. Sebaliknya, mahasiswa sastra Hannah Mueller, 26, memandang Obama gagal memenuhi harapan Jerman dengan adanya pusat detensi militer di teluk Guantanamo dan dalam upaya damai di Timur Tengah. (AFP/Ire/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik