Headline

Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.

Fokus

Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.

Bulan Merah Besar Bersinar di Seluruh Dunia

(AFP/Aya/I-2)
29/9/2015 00:00
Bulan Merah Besar Bersinar di Seluruh Dunia
(AFP)
SETELAH kemunculan terakhirnya pada 1982, bulan merah besar (super blood moon) kembali tampak di beberapa negara. Fenomena itu berlangsung seiring dengan gerhana bulan yang terjadi. Bulan merah dengan ukuran besar bisa terlihat di kawasan Amerika, Eropa, Afrika, Asia Barat, dan Pasifik Timur. Hal itu terjadi karena matahari, bumi, dan bulan yang super terang berada dalam satu garis meski hanya selama 1 jam. Citra satelit dari Prancis, Argentina, dan Amerika Serikat (AS) menunjukkan pergerakan gerhana bulan yang akhirnya memerah. Di Brooklyn, New York, kerumunan orang berkumpul di pusat kota dan sisi jalan. Mereka menatap ke arah langit dan mencoba menangkap gambar bulan menggunakan ponsel pintar mereka.

Kendati demikian, di Washington, pemandangan serupa tidak terlihat akibat tertutup awan. Di beberapa kota terpencil di India bagian timur laut, fenomena itu juga tidak tampak jelas. Dibutuhkan teleskop untuk melihat sekilas pemandangan gerhana bulan itu. Di luar alasan ilmiah, fenomena 'bulan berdarah' itu menimbulkan spekulasi mengenai hari kiamat di antara beberapa pengikut Gereja Yesus Kristus dari orang-orang Suci Zaman Akhir. Keyakinan itu dipicu sebuah pernyataan dari seorang penulis Mormon, Julie Rowe, yang secara rutin berbicara untuk jemaat mengenai bencana mendatang di seluruh dunia.

Bulan merah, yang sejauh ini tidak memiliki konsekuensi apokaliptik, muncul secara bertahap di seluruh planet saat satelit mencapai titik orbital terdekat dengan bumi. Ini biasa disebut perigee, atau bulan dalam jarak terdekat dengan bumi. Dalam kondisi itu, bulan super (supermoon) muncul 30% lebih terang dan 14% lebih besar jika dibanding dengan saat fase apogee, yakni posisi terjauh bulan dari bumi. Secara tidak biasa, bumi berada di posisi lurus antara bulan dan matahari.

Itu menyebabkan cahaya matahari langsung menuju bulanhingga satelit itu bersinar kuning. Beberapa bagian cahaya tetap menjalar di sekitar tepian planet dan tersaring melalui atmosfer hingga menciptakan cahaya merah. Untuk orang yang berusia kurang dari 33 tahun, itu merupakan kesempatan pertama untuk menyaksikan bulan merah. Berdasarkan data National Aeronautics and Space Administration (NASA), fenomena tersebut baru terjadi lima kali sejak 1900. Terakhir terjadi pada 1982 dan selanjutnya akan terjadi tidak lebih dari 2033.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya