RIBUAN orang menggelar pawai di Mexico City, ibu kota Meksiko, kemarin, menandai satu tahun hilangnya 43 mahasiswa yang diduga melibatkan polisi yang korup.
Lebih dari 8 ribu orang yang ambil bagian dalam aksi itu memprotes dan menunut pemerintahan Presiden Enrique Pena Nieto segera menuntaskan kasus itu.
Aksi massa dimulai dari daerah dekat kediaman Presiden, Los Pinos, ke kawasan bersejarah Zocalo di jantung kota kuno Mexico City.
Para orangtua dan kerabat korban yang hilang memimpin jalannya ujuk rasa yang bertajuk March of National Indignation tersebut. Mereka membawa foto-foto orang yang mereka cintai dan meneriakkan slogan-slogan kutukan dan amarah seperti 'Crime of the state' dan 'Get out Pena!'.
"Kami datang menuntut keadilan. Tidak ada impunitas (ampunan bagi pelaku)!" teriak Sofia Rojas, mahasiswa National Autonomous University of Mexico.
Ke-43 mahasiswa diketahui hilang di kota barat daya Iguala setelah bentrok dengan polisi. November lalu, geng narkoba yang dibekingi polisi mengaku telah membunuh dan membakar jenazah 43 mahasiswa akademi keguruan itu.
Tidak lama dari pengakuan itu, di pengadilan, jaksa penuntut mengatakan para petugas polisi suruhan mantan Wali Kota Iguala Jose Luis Abarca menangkap 43 mahasiswa dan menyerahkan mereka ke geng narkoba Guerreros Unidos. Mahasiswa-mahasiswa itu kemudian dibunuh dan dibakar.
Jika benar puluhan mahasiswa itu tewas, tragedi itu menjadi pembunuhan massal paling besar sepanjang sejarah perang narkoba di Meksiko, yang sejak 2006 telah menewaskan 80 ribu orang dan membuat 22 ribu lainnya hilang tanpa jejak.
Seorang juru bicara untuk keluarga korban, Felipe de la Cruz, mengatakan pihaknya tidak dapat 'beristirahat' selama periode pencarian para mahasiswa.
Usut tuntas Presiden Pena Nieto telah bertemu dengan para orangtua korban pada Kamis (24/9). Itu merupakan pertemuan kedua Pena Nieto dengan para orangtua. Dia bersikeras pemerintahnya tidak berusaha menutup penyelidikan.
"Kita berada di sisi yang sama. Kita sedang mencari kebenaran bersama-sama," tegas Pena Nieto. Presiden juga telah memerintahkan pembentukan kantor jaksa khusus untuk menyelidiki lebih dari 20 ribu kasus orang yang diduga sengaja dihilangkan di negara itu.
Namun, para orangtua, yang menyerahkan sejumlah tuntutan kepada Presiden, menyuarakan kekecewaan dan bersumpah untuk terus menekan pemerintah.
Salah satu tuntutan mereka ialah unit khusus kejaksaan agung yang fokus hanya pada kasus 43 mahasiswa dan di bawah pengawasan internasional. Jumat (25/9), otoritas Meksiko mengatakan sedang memilah hampir 60 ribu fragmen tulang untuk melihat apakah ada kesesuaian dengan DNA ke-43 mahasiswa yang hilang.
Uji forensik baru itu datang setelah para ahli independen dari Inter-American Commission on Human Rights mempertanyakan penyelidikan resmi, mengatakan tidak ada bukti pembakaran jenazah di tempat yang dimaksud otoritas Meksiko.
Para ahli juga mendesak pihak berwenang untuk menyelidiki apakah mahasiswa senagaja diserang karena salah satu bus yang mereka sita mungkin memuat obat-obatan milik kartel. (AFP/Aljazeera/I-2)