Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
KONGLOMERAT asal New York, Donald Trump, berhasil mengalahkan rivalnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton dalam pemilihan umum presiden Amerika Serikat dengan meraih setidaknya 276 suara elektoral,
demikian perhitungan dari kantor berita AP.
Meski beberapa negara bagian belum selesai melakukan perhitungan, Clinton dipastikan tidak akan mampu mengejar ketertinggalannya.
Kemenangan Trump itu cukup mengejutkan karena banyak lembaga survei justru memprediksi bahwa Clinton yang akan memenangkan kontes pemilihan presiden AS.
Hal itu karena rata-rata jajak pendapat di AS yang dilakukan lembaga survei profesional dengan metodologi statistik menunjukkan bahwa perolehan suara yang dikumpulkan Trump tertinggal kira-kira sebesar enam persen dari lawannya, khususnya sekitar dua pekan sebelum hari H pemilu presiden AS yang jatuh pada 8 November.
Bahkan, menjelang hari H pemilu AS, banyak proyeksi jajak pendapat yang menunjukkan kemenangan bagi Clinton. Proyeksi tersebut antara lain dikeluarkan oleh New York Times yang memprediksi kemenangan bagi Clinton sebesar 92 persen, FiveThirtyEight 87 persen, dan PredictWise 90 persen.
Namun, hampir tidak ada jajak pendapat atau pun proyeksi hasil pemilu AS yang menunjukkan kemenangan bagi Trump.
Selain itu, Clinton juga mengungguli perolehan suara Trump sebanyak 15 persen untuk kalangan pemilih awal (early voters), beberapa hari menjelang pemilihan presiden AS.
Bahkan, dia juga dinilai unggul dari Trump dalam acara debat capres AS yang dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada 26 September, 9 Oktober, 19 Oktober.
Kedua capres yang bersaing itu melalui ketiga debat seringkali saling serang mengenai kasus pribadi masing-masing. Misalnya, Trump menyerang Hillary dengan kasus dugaan kebocoran rahasia negara melalui surat elektornik Clinton yang tidak dikelola dengan baik selama ia menjadi menteri luar negeri AS.
Sementara itu, Clinton menyerang Trump dengan kasus rekaman video 2005 yang berisi pernyataan cabul Trump terhadap perempuan. Kasus pribadi Trump dan Clinton itu sempat menjadi masalah dan hambatan bagi masing-masing kandidat presiden untuk meyakinkan pemilih dan mengumpulkan dukungan.
Akan tetapi, Trump nampaknya yang mengalami pukulan lebih berat, karena setelah video rekaman pernyataan vulgarnya itu beredar, banyak tokoh ternama dan beberapa petinggi Partai Republik menarik dukungannya dan bahkan meminta Trump untuk mundur dari pencalonan presiden.
Oleh karena itu, kemenangan Trump dalam pemilu presiden AS itu bisa dianggap sebagai hasil yang cukup mengejutkan. Ant/OL
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved