Headline

Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.

Pemilu Rusuh 1 Orang Tewas

(AP/Ths/I-1)
02/9/2016 05:30
Pemilu Rusuh 1 Orang Tewas
(AFP/MARCO LONGARI)

PASUKAN pengawal Presiden Gabon Ali Bongo Ondimba menyerang markas partai oposisi, Rabu (31/8) waktu setempat. Serangan itu dilakukan sesaat setelah pemilihan umum berakhir. Setidaknya satu orang tewas dan 20 orang lainnya terluka dalam insiden itu. Serangan tersebut dilakukan karena pihak oposisi memprotes terpilihnya kembali presiden negara Afrika tengah itu. Dalam pemilu kali ini, Presiden Ali Bongo Ondimba mengalahkan kandidat oposisi, Jean Ping, dengan selisih suara yang sangat tipis, 49,8% berbanding 48,2% . Kubu oposisi menilai pemilu banyak dimanipulasi dan meyakini bahwa Ping ialah pemenang pemilihan.

Presiden terpilih itu sebelumnya menjabat pada 2009, menggantikan ayahnya yang telah memerintah Gabon selama 42 tahun. "Semua orang tahu saya yang memenangi pemilihan ini," ujar Ping, Kamis (1/9). Direktur kampanye Ping, Rene Ndemezo'o Obiang, mengatakan saat terjadi serangan, Ping sedang tidak berada di tempat. Selain itu, seorang warga mengatakan pasukan pemerintah juga menyerang sebuah stasiun radio oposisi dan televisi RTN. Para saksi mata menjelaskan, sebelum terjadi serangan terhadap markas oposisi, polisi menembakkan gas air mata pada ratusan demonstran di ibu kota Gabon, Libreville. Polisi mengklaim mengambil langkah tersebut karena aksi demonstran yang di luar kendali dengan membakar sejumlah ban mobil di depan Majelis Nasional.

Tak hanya di ibu kota, demonstrasi juga merebak di sejumlah daerah. Beberapa mal dan bank dijarah serta beberapa bangunan dibakar, termasuk satu bangunan milik Wakil Perdana Menteri Gabon. Kerusuhan serupa juga pernah terjadi pada Pemilu 2009 yang dimenangi Bongo. Pengamat Uni Eropa mengatakan apa yang terjadi di Gabon merupakan representasi dari apa yang disebut sebagai 'kurangnya transparansi', dan Uni Eropa menyeru kepada para petugas pemilu untuk mempublikasikan hasil dari semua TPS secara transparan.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mendesak para pemimpin politik dan pendukung mereka untuk menahan diri dari tindakan anarkistis yang bisa merusak perdamaian dan stabilitas negara. Ban juga meminta aparat keamanan menahan diri. Terkait dengan kejadian itu, para menteri kabinet langsung menggelar pertemuan terbatas. Pemilu di Gabon memang kerap ricuh. Dalam pemilihan-pemilihan sebelumnya, sejumlah organisasi media bahkan dituding melampaui kebebasan mereka hingga mengancam persatuan dan perdamaian nasional serta keamanan penduduk.

Beberapa wartawan juga pernah mengalami pelecehan ketika menjalankan tugas-tugas mereka. "Selama periode pemilihan, wartawan bisa menghadapi banyak tekanan. Karena itu, mereka jangan sampai mengeluarkan opini sendiri, mereka harus bersikap objektif dalam pelaporan mereka, karena semua partai politik seharusnya memiliki akses yang sama ke media," kata pakar Wenceslas Mamboundou. Oleh karena itu, sebelum pemilu digelar, wartawan telah diberikan pelatihan meliput pemilu yang diprakarsai PBB.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya