Clinton dan Trump Saling Sindir

Indah Hoesin
01/8/2016 00:45
Clinton dan Trump Saling Sindir
(AFP)

PEMILIHAN presiden (pilpres) Amerika Serikat (AS) masih tiga bulan lagi. Namun, perseteruan dua calon presiden (capres) telah memanas. Capres dari Partai Demokrat dan Republik terus saling menjatuhkan untuk mendapatkan simpati publik.

Hillary Clinton, capres Demokrat, dan capres Republik, Donald Trump, saling jual beli sindiran dalam pertarungan menuju White House. Kedua capres yang siap bertarung pada 8 November mendatang memiliki visi tentang AS yang sangat berbeda.

Bahkan kampanye politik saling menyudutkan telah memasuki babak baru dalam sejarah politik Negeri Paman Sam. Untuk mencari dukungan publik dan mendapat dukungan, Clinton dan Trump tidak henti mencari kekurangan lawan mereka.

Pada Kamis (28/7), Clinton telah dinobatkan menjadi kandidat capres wanita pertama dari Partai Demokrat pada konvensi nasional di Philadelphia, AS.

"Saya tidak bisa memikirkan pemilu jauh lebih penting dalam hidup saya," ujar Clinton di hadapan para pendukungnya saat berkampanye di Kota Philadelphia, Negara Bagian Pennsylvania.

Kandidat capres dari Partai Demokrat itu menggambarkan Trump sebagai ancaman bagi demokrasi. "Donald Trump membentuk gambar negatif, gelap, yang memecah belah sebuah negara," ujar Clinton.

"Saya tidak menceritakan kepada kalian bahwa semuanya menarik. Saya mengatakan bahwa kita telah membuat kemajuan, tapi kita harus bekerja," ucap mantan Menteri Luar Negeri yang kini memasuki usia 68 tahun. Clinton juga berjanji untuk fokus pada bagian-bagian negara yang tertinggal dan ditinggalkan. Ia ingin mendapat dukungan suara dari pemilih kelas pekerja yang tidak puas dan suka pada Trump.

Clinton mengecam Trump karena sang pengusaha realestate mengembangkan bisnisnya di luar negeri. Trump juga dinilai telah melecehkan dan mengasingkan kalangan perempuan, hispanik, dan muslim.

Saat ini Clinton bersama suaminya, Bill dan calon wakil presidennya, Tim Kaine, dan istrinya, Anne Holton, tengah berada dalam tur kampanye di Rust Belt. Kampanye tersebut sebagai bagian penting dari strategi untuk mengumpulkan suara pemilih dalam memenangi pilpres.


Clinton pembohong

Dalam kampenye di Negara Bagian Colorado, lawan politik Clinton, Trump, menyebut pidato Clinton 'rata-rata'. Ia juga menyebut Clinton sebagai pembohong dan berjanji akan mengakhiri aliran pengungsi Suriah. "Negeri ini, jika mereka memilih dia (Clinton), negara ini tidak akan berada di tahap yang baik," ujar Trump kepada ABC. "Dia (Clinton) tidak mengetahui bagaimana untuk menang, dia bukanlah pemenang," tambah Trump.

Trump juga menggambarkan dirinya sebagai kandidat yang menaati hukum dan peraturan. Pria berusia 70 tahun dengan rambut jagung tersebut menegaskan siap membuka lapangan kerja, memangkas defisit, dan mengakhiri imigrasi ilegal.

Tim Kampanye Trump bahkan meluncurkan iklan baru yang mengklaim jika dipimpin Clinton, AS akan menjadi lebih buruk, pajak meningkat, terorisme menyebar, dan para pemilih kehilangan kerja, rumah dan harapan.

Sebaliknya, tim kampanye Trump menegaskan bahwa AS akan kembali bangkit di bawah kepemimpinan Trump. "Perubahan akan membuat AS hebat kembali," janji Trump dalam video kampanyenya. (AFP/I-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya