Headline

Presiden Trump telah bernegosiasi dengan Presiden Prabowo.

Fokus

Warga bahu-membahu mengubah kotoran ternak menjadi sumber pendapatan

Aksi para Sapi Pesumo di Okinawa

Andhika Prasetyo
27/7/2015 00:00
Aksi para Sapi Pesumo di Okinawa
(AFP /TORU YAMANAKA)
TATAPAN bengis dan dengusan penuh amarah terpancar dari dua sapi jantan besar yang siap menghancurkan satu sama lain. Mereka pun mengambil kuda-kuda dan menyiapkan tanduk seiring dengan instruksi yang diberikan sang pawang.

Berbeda kisah dengan adu banteng di Spanyol yang dalam beberapa tahun terakhir menghadapi tekanan dan kecaman dari para aktivis hak binatang karena dianggap melakukan penyiksaan terhadap hewan, adu sapi di Okinawa, Jepang, terus menarik perhatian masyarakat.

Setiap pertandingan tidak pernah sepi dari kerumunan penonton. Sebuah tontonan berdarah yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu itu dikenal juga sebagai 'sapi sumo'.

Kendati terdengar mengerikan, kehidupan para sapi petarung sangatlah dipenuhi kemewahan. Terlebih bagi Yokozuna, sebutan bagi sapi-sapi juara, mereka seperti pesumo pada umumnya, memiliki hidup yang sangat dimanjakan.

"Sapi petarung dapat hidup jauh lebih lama. Lebih dari itu, mereka akan mendapatkan kemewahan dalam hidupnya. Para pemilik sapi ingin agar sapi mereka menang. Karena itu, mereka memperlakukan sapi tersebut dengan sangat baik," ujar sejarawan Kuniharu Miyagi.

"Yokozuna akan mendapatkan makanan dan lingkungan rumah yang nyaman bahkan hingga hari tuanya," lanjut Miyagi.

"Bandingkan dengan di Spanyol, ketika pertarungan bisa berakhir dengan hewan yang terbunuh. Di sini, baik yang kalah maupun yang menang akan pulang dalam keadaan hidup," jelas Miyagi.

Miyagi mengatakan adu sapi di Jepang bukanlah sesuatu yang kejam. Ia menganggap hal itu merupakan cara hidup dari petani di zaman dahulu yang membawa sapi mereka untuk diadu sebagai hiburan.

"Dibutuhkan waktu lima tahun agar sapi siap bertarung. Kemudian mereka akan bertarung setidaknya selama lima atau enam tahun," lanjutnya.

Yuji Tamanaha, seorang pemilik yang juga pawang sapi petarung, tanpa malu-malu mengungkapkan rasa sayangnya untuk hewan yang sangat dibanggakannya itu.

"Mereka adalah bagian dari keluarga. Mereka lucu, bukan? Kami menyuapi mereka setiap hari, dan hal itulah yang membentuk ikatan kasih sayang di antara kami. Mereka sangat ramah dan suka menjilati pengunjung," ujar Tamanaha.

"Mereka dapat menderita kerusakan psikologis. Jadi Anda harus menjaga kesehatan mental mereka, sama seperti atlet manusia," ujar Moriaki Iha, pemilik sapi petarung lainnya.

Adapun yang paling penting, tutur Iha, tunjukkan rasa cinta terhadap mereka sejak kecil. "Hewan saya cukup pemalu, tapi dia tidak kenal takut," lanjutnya.(I-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik