Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Kunci Kesuksesan si Tangan Besi

Haufan Hasyim Salengke
11/5/2016 08:30
Kunci Kesuksesan si Tangan Besi
(AP)

SELAMA masa kampanye, Rodrigo Duterte kerap sesumbar bakal memecahkan masalah korupsi dan kriminalitas di negeri itu dalam waktu enam bulan. Janji itu, kata dia, bakal dilaksanakan jika ia terpilih sebagai presiden. Ocehan yang terkesan bombastis dan terlampau optimistis itu justru menjadi daya tarik bagi para pemilihnya sehingga pria berusia 71 tahun itu kini hampir pasti menjadi orang nomor satu di Filipina.

Meski hasil resmi penghitungan suara belum keluar, rival utama Duterte yang juga cucu mantan Presiden Manuel Roxas, Mar Roxas, telah mengakui kekalahan setelah sejumlah jajak pendapat menunjukkan Duterte meraih keunggulan tak tergoyahkan.

“Digong (panggilan Duterte), saya berharap Anda sukses. Kemenangan Anda adalah kemenangan rakyat kita dan negara kita,” tegasnya dalam konferensi pers, Selasa (10/5).

Hingga berita ini ditulis, Duterte belum mengeluarkan komentar atau berbicara kepada media sejak pemungutan suara resmi dimulai, Senin (9/5). Politikus Partai PDP-Laban itu masih ‘menyepi’ di rumahnya di Davao, di pulau utama Mindanao.

Lembaga survei Parish Pastoral Council for Responsible Voting (PPCRV), yang dikelola Gereja Katolik Filipina, mengatakan dari 90% suara yang telah dihitung, Duterte yang merupakan bekas Wali Kota Davao meraih 38,92% suara. Sementara itu, Roxas hanya membukukan sekitar 23% suara, kemudian diikuti Senator Grace Poe dengan 21% suara.

“Rakyat kita telah berbicara dan keputusan mereka diterima dan dihormati,” kata juru bicara presiden yang akan lengser Benigno Aquino III, Sonny Coloma, dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Daily Inquirer.

Duterte ialah Wali Kota Davao tujuh periode. Politikus yang juga pengacara itu memimpin kota utama di Pulau Mindanao itu dengan tangan besi sehingga kemudian berjuluk ‘sang Penghukum dan ‘Duterte Harry’, mengacu kepada sosok pembasmi kejahatan dalam karakter Dirty Harry, film yang diperankan aktor AS Clint Eastwood.

Selama 22 tahun memerintah Davao, ia menetapkan jam malam pada pukul 22.00 untuk anak-anak yang keluar tanpa ditemani, larangan mengonsumsi alkohol setelah pukul 01.00, serta larangan merokok di tempat umum.

Aljazeera yang melaporkan dari Manila mewartakan banyak warga Filipina telah semakin frustrasi selama enam tahun di bawah pemerintahan Presiden Benigno Aquino III. Meski mengalami pertumbuhan ekonomi luas, dampaknya tidak menetes ke bawah.
“Aquino dan pemerintahannya dikritik terlalu elite, terlalu impersonal, dan tak tersentuh,” kata Aljazeera.

Selama kampanye, Duterte fokus pada isu penegakan hukum, penghapusan kriminalitas, pemberantasan korupsi, dan penanganan atas penyalahgunaan narkoba. Sayangnya, ia tidak lantang membahas isu pembunuh­an di luar proses peradilan (extrajudicial killing) yang terjadi saat rezim otoriter masa lalu.


Gaya Marcos

Tak sedikit warga Filipina mengkhawatirkan gaya Duterte yang mereka sebut dapat membawa negara itu kembali ke masa-masa kediktatoran Ferdinand Marcos. “Dia membuat beberapa klaim mengejutkan bahwa dalam tiga sampai enam bulan pertama menjadi presiden ia akan memecahkan masalah utama, seperti kejahatan dan korupsi,” kata Richard Heydarian, pakar dari De La Salle University, Filipina. “Tentu saja tidak ada pakar yang setuju dengan dia,” pungkasnya. (AFP/AP/I-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya