Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
PRESIDEN Prancis Emmanuel Macron mengusulkan adanya penyelidikan internasional atas ledakan di pelabuhan Beirut, Libanon.
Investigasi tersebut harus setransparan mungkin, mengingat ledakan itu telah memakan banyak korban dan mengagetkan dunia internasional. Ini disampaikannya seusai mengunjungi Ibu Kota Beirut yang diguncang ledakan dahsyat.
Selain memberi bantuan, kunjungan itu juga merupakan dukungan morel untuk Libanon yang merupakan bekas koloni Prancis. Penyelidikan awal telah menunjukkan kargo amonium nitrat se bagai penyebab ledakan. Kargo yang tak diurus penyimpanannya dengan baik selama enam tahun membuat kota itu dilanda bencana.
Ledakan dahsyat pada Selasa (4/8) sore itu menewaskan hampir 150 orang, melukai sedikitnya 5.000 orang, dan menghancurkan seluruh distrik ibu kota. Sejauh ini, lanjut Macron, tidak ada informasi pribadi atau rahasia terkait dengan ledakan dan penyebabnya.
“Apa yang sudah diketahui publik, itulah yang terjadi,” ujarnya seperti dikutip AFP.
Pemimpin Prancis itu juga mengatakan akan mengadakan konferensi dalam waktu dekat terkait dengan bantuan untuk Libanon. Prancis akan memobilisasi bantuan internasional untuk mendukung negara yang juga tengah mengalami krisis ekonomi itu.
Bantuan yang dikumpulkan nantinya akan disalurkan kepada mereka yang membutuhkan. “Langsung kepada orang-orang, organisasi bantuan, dan tim yang membutuhkannya di lapangan,” tegas Macron.
Hingga kini, bantuan internasional terus mengalir. Negara-negara Eropa dan Teluk menjadi yang terdepan membantu korban ledakan di Libanon.
Sementara itu, pasukan keamanan Libanon menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstran antipemerintah di Beirut. Demonstran tersebut marah dan menilai ledakan dahsyat di Beirut sebagai ekspresi yang paling mengejutkan dari ketidakmampuan pemerintah mereka.
Bentrokan sempat terjadi di pusat Kota Beirut, di jalanan yang rusak menuju parlemen dengan puing-puing dari ledakan yang masih mengotori seluruh area. Bentrokan itu meletus setelah Duta Besar Libanon untuk Yordania mengundurkan diri dan mengatakan adanya kelalaian total oleh otoritas negara.
Pengunduran diri itu merupakan yang kedua saat sebelumnya anggota parlemen Marwan Hamadeh melakukan hal yang sama.
Tudingan kapten kapal
Mantan kapten kapal kargo, Boris Prokoshev, menyalahkan pemerintah Libanon atas ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut. Kapalnya, yaitu MV Rhosus membawa hampir 3.000 ton amonium nitrat yang kemudian ditahan otoritas Beirut.
Dikutip situs berita Al Jazeera, Boris mengatakan pihak berwenang Libanon sangat menyadari bahaya yang ditimbulkan kargo kapal tersebut. Kapal itu seharusnya tidak berada di Libanon sama sekali.
Dia menjelaskan, ketika berlayar dari pelabuhan Laut Hitam Georgia di Batumi, kapal itu menuju ke pelabuhan Mozambiquan di Beira. Rhosus berhenti di Beirut untuk mencoba mendapatkan uang tam bahan dengan mengangkut beberapa alat berat.
Namun, kargo itu terbukti terlalu berat dan awal kapal menolak menerimanya. Kapal itu lalu disita pihak berwenang Libanon lantaran gagal membayar biaya pelabuhan. (X-11)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved