Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
PEMERINTAH Bolivia mendesak masyarakat untuk bersabar menunggu hasil referendum yang digelar Minggu (21/2) waktu setempat.
Referendum itu akan memberi peluang kepada Presiden Bolivia Evo Morales untuk memimpin negeri kaya minyak itu selama empat periode.
Media massa lokal memprediksi masyarakat Bolivia akan menolak perubahan konstitusi yang mengizinkan Morales yang telah memimpin selama tiga periode untuk mengikuti pilpres.
Jika konstitusi diamendemen, Morales berpeluang memimpin Bolivia hingga 2025.
Para pemilih telah memberikan suara mereka terhadap amendemen konstitusi yang akan memberi peluang Presiden Morales dan Wakil Presiden Alvaro Garcia untuk memimpin pemerintahan lima tahun lagi.
Morales dan Garcia yang dilantik pada 2006 akan habis masa jabatannya pada 2020.
Hasil perhitungan cepat referendum yang disiarkan televisi swasta ATB, sebanyak 52,3% suara menolak untuk mengamendemen konstitusi.
Suara yang mendukung amendemen 47,7%.
Stasiun televisi Unitel melaporkan suara 'tidak' mendukung amendemen sebanyak 51%, sedangkan suara 'ya' sebanyak 49%.
Bisa berubah
Dengan hasil sementara referendum, Morales dan Garcia tidak dapat melanggengkan kekuasaan mereka.
Namun, Garcia mengingatkan masyarakat Bolivia untuk tidak cepat menyimpulkan hasil referendum.
"Kita menghadapi aturan teknis yang sangat jelas dan ini sangat mungkin bahwa angka-angka tersebut akan berubah secara drastis," ucap Garcia.
Ia menegaskan prediksi yang disampaikan media massa bahwa suara 'tidak' menang bisa jadi salah.
Garcia mengatakan suara masyarakat perdesaan yang menjadi basis dukungan Morales belum dihitung.
Suara warga Bolivia yang tinggal di luar negeri juga belum masuk.
"Sebaiknya menunda dulu antusiasme kalian dan tenang sampai menunggu hasil (resmi)," ucap Garcia kepada para wartawan.
"Bisa jadi semua perayaan (kemenangan menolak refendum) berubah menjadi tangisan."
Sebelum referendum digelar, Morales meyakini bakal mendapat dukungan 70% suara.
Kekalahan dalam referendum ini ini akan menjadi kekalahan terburuk dan pertama yang diperoleh Morales sejak memimpin 'Negeri Andes' tersebut pada 2006.
Pada referendum yang digelar Minggu (21/2) waktu setempat, 6,5 juta warga Bolivia menyalurkan suara mereka.
Tokoh-tokoh oposisi yang anti-Morales menyambut gembira laporan media massa setempat yang memprediksi suara 'tidak' mengalahkan suara 'ya'.
"Bolivia mengatakan tidak!" tegas Ruben Costas, tokoh oposisi yang menjabat Gubernur Santa Cruz.
Mantan calon presiden yang dikalahkan Morales dua kali, Samuel Doria Medina mengatakan referendum ini telah 'mengubur' rencana adanya kekuasaan partai tunggal di tangan.
Bulan lalu, Morales telah menjadi presiden Bolivia terlama sejak negara tersebut merdeka dari penjajah Spanyol pada 1825.
Biasanya negara yang kerap digoyang kudeta militer, jabatan presiden tidak lama.
Morales yang berusia 56 tahun ialah presiden Bolivia pertama yang dipilih secara demokratis.
Ia juga dikenal sebagai tokoh pemimpin Bolivia dari pribumi.
Tokoh dari suku Indian Aymara itu telah mampu membangkitkan perekonomian Bolivia.
Namun, lawan-lawan politiknya menuduh Morales melakukan tindak korupsi.
Ia juga dituduh menyelewengkan dana pembangunan infrastuktur bidang kesehatan dan pendidikan. (AFP/I-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved