Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
PRESIDEN Uganda, Yoweri Kaguta Museveni, Sabtu (20/2) waktu setempat, merayakan kemenangannya dalam pemilihan umum (pemilu) yang dinilai para pengamat internasional sarat kecurangan dan tidak independen. Kemenangan itu sekaligus membuat Museveni, 71, memperpanjang masa jabatannya sebagai presiden yang telah didudukinya selama 30 tahun atau sejak 1986. Dia merayakannya dengan berkeliling menaiki sapi kesayangannya. Berdasarkan hasil perhitungan komisi pemilihan, mantan pemberontak itu meraup lebih dari 60% suara. Perolehan itu jauh di atas pesaing terberatnya dari kubu oposisi Partai Forum untuk Perubahan Demokratik (FDC), Kizza Besigye, yang meraih 35% suara.
Suasana di Kampala, ibu kota Uganda, terpantau lengang dan tenang setelah hasil pemilu diumumkan di tengah pengamanan maksimal.
Partai berkuasa yang dipimpin Museveni, Gerakan Perlawanan Nasional (NRM), mendesak semua calon untuk menghormati kehendak rakyat dan kewenangan komisi pemilu dan menerima hasilnya. "Kami meminta semua warga Uganda untuk tetap tenang dan damai dan tidak terlibat dalam tindakan yang mengganggu ketertiban umum," ungkap NRM dalam sebuah pernyataan. Besigye menolak hasil pemilu dan menuntut audit independen terhadap penghitungan suara. Dia juga menyerukan komunitas internasional agar menolak hasil pemilu.
"Jika Anda meratifikasi hasil pemilihan palsu ini, setidaknya memiliki keberanian untuk mengakui Anda tidak peduli terhadap demokrasi atau hak asasi manusia di Afrika," tegasnya. Jelang pemungutan suara, Besigye ditangkap tiga kali oleh aparat keamanan. Sejumlah personel polisi bersenjata lengkap berjaga di dekat kediamannya di pinggiran Kota Kampala. Dalam video yang diperoleh The Associated Press, Besigye mengatakan ia menolak hasil pemilu.
"Kami tahu betul dari awal bahwa komisi pemilihan yang mengatur dan mengelola pemilu ini bersikap partisan, tidak kompeten, dan lembaga buruk seperti pada pemilu sebelumnya," ungkap Besigye. "Kami tahu bahwa organisasi militer dan keamanan akan terlibat dalam cara-cara partisan ini dan tidak adil seperti yang mereka lakukan di masa lalu," ujarnya. Polisi, Jumat (19/2), mengepung markas besar partai FDC saat Besigye bertemu dengan anggota-anggota partai itu.
Helikopter menembakkan gas air mata ke kerumunan massa yang berada di luar kediaman Besigye. Polisi kemudian bergerak dan membawa paksa dokter 59 tahun. Ia kemudian dibawa ke rumahnya yang dijaga ketat polisi. Mereka juga melarang wartawan masuk ke rumah itu.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved