Headline
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.
TAHUN 2015 ditutup dengan dua capaian penting di level internasional. Pertama, tuntasnya KTT Perubahan Iklim di Paris. Kedua, disahkannya agenda pembangunan universal baru, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Secara politik, Kesepakatan Paris menjadi penanda kemenangan sains perubahan iklim beserta para pendukungnya. Namun, secara ekonomi, kesepakatan itu seolah memukul gong bagi berakhirnya kejayaan industri yang bersandar pada sumber energi dan pola konsumsi penyumbang emisi bagi pemanasan global.
Pada saat yang sama, 193 negara sepakat mengadopsi dan mencapai SDGs pada 2030. Jika dibandingkan dengan proyek terdahulu (MDGs), SDGs lebih komprehensif dengan menonjolkan agenda pelestarian lingkungan yang berfokus pada memerangi perubahan iklim beserta dampaknya, konservasi sumber daya, dan perlindungan ekosistem.
Dua mufakat yang ditelurkan itu diyakini akan membentuk ulang tatanan geoekonomi dunia. Konsekuensinya, paradigma ekonomi hijau akan maju menjadi arus utama. Investasi hijau diprediksi menjadi primadona. 'Ekonomi lama' yang menghasilkan emisi tinggi, cepat atau lambat dan suka atau tidak suka, seiring waktu akan bergeser.
Produksi dan konsumsi menjadi lebih rendah emisi. Sejak ekonomi hijau dicetuskan pada 1989, belum ada definisi ekonomi hijau yang disepakati dalam konsensus internasional. Namun, ide dasarnya cukup sederhana.
Dalam ekonomi lama, nilai dihasilkan dari eksploitasi sumber daya nirantisipasi risiko lingkungan. Dalam ekonomi hijau, nilai juga dilihat dari sejauh mana pemanfaatan sumber alam memperhatikan kelestarian dengan minimalisasi risiko kerusakan atau mengonservasinya.
Menurut Badan PBB pada Program Lingkungan (UNEP), ekonomi hijau harus rendah karbon, efisien dalam memanfaatkan sumber daya, dan inklusif secara sosial.
Tingkat kebutuhan manusia beserta dampak ekologisnya, efisiensi sektor transportasi serta infrastruktur, hingga arus modal dan inovasi teknologi energi terbarukan menjadi tolok ukurnya.
Produk-produk yang merusak lingkungan diganti dengan yang ramah lingkungan. Dari masyarakat petroleum menuju masyarakat hijau. Begawan ekonomi dunia Joseph Stiglitz baru-baru ini meramalkan investasi di sektor energi kotor akan berada di ujung tanduk.
Suatu hari nanti, menurut Stiglitz, bahan bakar fosil akan menjadi masa lalu atau sejarah kelam pertumbuhan ekonomi dunia. (I-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved