Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
PERUNDINGAN damai yang diprakarsai Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk mengakhiri konflik Suriah, yang telah berlangsung lima tahun dan menewaskan lebih dari 250 juta orang, digelar di Jenewa, Swiss, kemarin. Namun, pembicaraan damai itu dihantui pesimisme. Tokoh-tokoh kunci dari kelompok pemberontak yang diharapkan datang dalam perundingan damai itu ternyata membatalkan diri. Padahal, utusan pemerintah Suriah menyatakan siap berdialog dengan kelompok oposisi itu.
Kelompok oposisi Suriah yang menamakan diri Komisi Negosiasi Tinggi (HNC) Suriah yang didukung Arab Saudi, Kamis (28/1) malam, menyatakan siap terlibat dalam perundingan tersebut, tapi dengan syarat militer pemerintah Suriah yang didukung militer Rusia menghentikan serangan udara ke wilayah yang dikuasai oposisi.
Syarat lain ialah pasukan pro-Presiden Bashar al-Assad juga tidak menghalangi penyaluran bantuan kemanusiaan ke kota-kota yang dikuasai kelompok antipemerintah. "Kami serius untuk ambil bagian dalam perundingan, tetapi pemerintah yang terus menyerang dan membuat warga kelaparan. Itulah yang menghambat negosisasi," ujar Salem al-Muslet, negosiator kelompok oposisi.
Kendati demikian, para wakil dari kelompok oposisi menyatakan siap menghadiri pembicaraan damai selanjutnya. "Kali ini kami tidak akan berada di Jenewa. Kami bersedia untuk berunding jika persyaratan dikabulkan," ujar koordinator HNC Suriah, Riad Hijab.
Tetap digelar
Dalam menanggapi permintaan oposisi, PBB mengungkapkan pemerintah Bashar Al-Assad tidak bersedia mengabulkan apa yang diminta oposisi. Kendati tanpa kehadiran wakil dari HNC Suriah, PBB mengatakan perundingan perdamaian Suriah di Jenewa, Swiss, tetap dilaksanakan. "Kami tidak merencanakan penundaan," ucap Khawla Mattar, juru bicara PBB untuk perundingan Suriah.
Hal senada disampaikan utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura. Ia menegaskan perundingan tidak boleh gagal. "Mungkin ini merupakan kesempatan terakhir bagi Suriah untuk mengakhiri perang saudara yang sudah melanda negeri itu selama lima tahun." Perundingan damai itu digelar di tengah maraknya aksi kekerasan.
Dua ledakan bom menewaskan 19 orang di Kota Homs, wilayah yang dikuasai milisi pro-Assad, Selasa (26/1). Kelompok pemberontak Islamic State (IS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu. Utusan badan kemanusiaan PBB di Suriah, Yacoub El-Hillo, tetap berharap pertemuan perundingan kali ini dapat menghentikan segala macam tindak kekerasan yang terjadi di negara itu. "Kami berharap hasil perundingan nanti akan membawa negeri ini menuju perdamaian. Tidak ada lagi penyerangan di sekolah. Tidak ada lagi penyerangan di rumah sakit," tutur El-Hillo.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved