Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Reaktor Nuklir Terapung Rusia di Arktik Terus Ditentang

Tesa Oktiana Surbakti
23/8/2019 22:15
Reaktor Nuklir Terapung Rusia di Arktik Terus Ditentang
Reaktor nuklir terapung milik Rusia(AFP)

KOMUNITAS pecinta lingkungan memperingatkan Rusia akan risiko serius di  Arktik setelah negara itu akan meluncurkan reaktor nuklir terapung pertamanya  di kawasan itu.

Dengan muatan bahan bakar nuklir, Akademik Lomonosov akan meninggalkan Pelabuhan Murmansk di Kutub Utara. Memulai pelayaran dengan jarak 5.000 kilometer (km) ke arah timur laut Siberia.

Perusahaan nuklir negara, Rosatom, mengklaim reaktor tersebut adalah alternatif sederhana untuk membangun pabrik konvensial di lahan yang beku sepanjang tahun. Rosatom juga ingin menjual reaktor sejenis itu di pasar internasional.

Baca juga: Robot Rusia Diterbangkan ke Luar Angkasa

Sejumlah kelompok lingkungan sudah lama memperingatkan dampak negatif dari proyek tersebut. Mereka menyebut reaktor terapung layaknya "Chernobyl on ice" dan "nuclear Titanic".

Apalagi bulan ini, terjadi ledakan mematikan di situs uji coba militer wilayah utara Rusia. Insiden yang menyebabkan gelombang radioaktif dan memicu kekhawatiran lebih lanjut.

Perjalanan kapal reaktor diperkirakan berlangsung 4-6 pekan, tergantung pada kondisi cuaca dan berapa banyak es yang ditemui. Proyek Akademik Lomonosov setinggi 144 meter, dimulai di Saint Petersburg pada 2006 silam.

Ketika tiba di Pevek, sebuah kota berpenduduk 5.000 orang di wilayah Siberia Chukotka, reaktor tersebut akan menggantikan pembangkit nuklir lokal dan pabrik batubara.

Reaktor nuklir terapung dijadwalkan mulai beroperasi pada akhir tahun ini, khususnya untuk melayani kebutuhan anjungan pengeboran minyak di kawasan tersebut. Rusia dikabarkan tengah mengembangkan eksploitasi hidrokarbon di Arktik.

Kepala sektor energi Greenpeace Rusia, Rashid Alimov, menekankan pihaknya sudah lama mengkritisi gagasan reaktor apung.

"Setiap pembangkit listrik tenaga nuklir menghasilkan limbah radioaktif dan berisiko menyebabkan kecelakaan. Akademik Lomonosov juga rentan terhadap badai, karena pergerakannya bergantung kapal lain," cetus Alimov.

Dia menyoroti rencana Rosatom untuk menyimpan bahan bakar bekas pakai di atas kapal. "Kecelakaan yang melibatkan bahan bakar jenis tersebut, berdampak serius bagi lingkungan Arktik. Apalagi tidak ada infrastruktur pembersihan nuklir di wilayah tersebut," imbuhnya.  (AFP/Tes/A-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya